Lihat ke Halaman Asli

MOH. RIDHO ILAHI ROBBI

Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

Pelarangan Warung Madura Buka 24 Jam dalam Perspektif Ekonomi

Diperbarui: 28 April 2024   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi penulis

Pada era globalisasi ini, perdebatan seputar regulasi bisnis seperti pelarangan warung Madura buka 24 jam menjadi sorotan yang menarik. Dari perspektif ekonomi, kebijakan semacam itu mengundang pertanyaan penting tentang dampaknya terhadap para pemilik usaha, tenaga kerja, dan konsumen.

Hal ini mencuat ketika Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengatakan pendapatnya bahwa warung madura atau yang biasa disingkat menjadi "Warmad" harus mengikuti jam buka dan tutup.  

Persoalan ini ramai diperbincangkan di media sosial, karena seperti yang kita ketahui, Warmad biasanya membuka toko sembakonya 24 jam nonstop. Tentu hal ini meniumbulkan pro dan kontra. Bahkan ada meme yang mengatakan "Warung madura buka sampai kiamat, tapi pas kiamat Cuma buka setengah hari".

Untuk membahas hal ini, pertama-tama, mari kita tinjau dari sudut pandang pemilik warung Madura. Secara umum, warung-warung ini sering kali dijalankan oleh pengusaha kecil dengan modal terbatas. Mereka terbiasa dengan model bisnis yang mengutamakan fleksibilitas waktu untuk memaksimalkan pendapatan. Pelarangan buka 24 jam dapat berdampak pada pendapatan mereka, karena mereka harus menyesuaikan jam operasional dengan kebijakan yang diberlakukan. Namun, ada juga argumen bahwa penyesuaian jam operasional ini bisa memberikan kesempatan untuk pengelolaan yang lebih efisien dan perencanaan yang lebih baik.

Kedua, aspek ketenagakerjaan juga patut dipertimbangkan. Warung Madura yang buka 24 jam menawarkan peluang kerja tambahan, terutama bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan paruh waktu atau yang tidak memiliki keterampilan khusus. Pelarangan tersebut dapat mengurangi kesempatan pekerjaan di tingkat lokal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi tingkat pengangguran dan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pelarangan warung Madura buka 24 jam juga dapat memiliki dampak positif pada sektor lainnya. Misalnya, dengan adanya batasan waktu operasional, konsumen mungkin akan lebih cenderung untuk memilih alternatif belanja yang lebih besar seperti supermarket atau mal yang menyediakan berbagai macam barang dengan harga yang kompetitif. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan pendapatan di sektor ritel yang lebih besar, serta memberikan kesempatan bagi inovasi bisnis dan pengembangan model bisnis yang lebih berkelanjutan. Walaupun, tentusaja akan berdampak pada UMKM.

Pemerintah harus sadar, dengan adanya warung madura yang buka selama 24 jam nonstop membuat warga sedikit terbantu, dan warung madura juga ikut andil dalam perputaran roda ekonomi di negri ini.

Kesimpulannya adalah, pelarangan warung Madura buka 24 jam memiliki pro dan kontra dari perspektif ekonomi. Sementara hal itu dapat berdampak negatif pada pemilik usaha dan tenaga kerja di tingkat lokal, bisa juga memberikan manfaat bagi sektor ritel yang lebih besar. Penting untuk mempertimbangkan dampak secara menyeluruh dan mencari solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak terlibat, sambil tetap memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari kebijakan yang diambil.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline