Lihat ke Halaman Asli

MOH. RIDHO ILAHI ROBBI

Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

International Womens Day: Persembahan untuk Wanita Sepertiga Malam

Diperbarui: 12 Maret 2024   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam cinta untuk semua wanita di dunia ini, di tengah dunia yang mungkin kadang tak sepenuhnya ramah bagi mereka, di mana seringkali wanita dianggap lebih rendah. Lupakanlah mereka yang terlupa akan jasa wanita, yang telah melahirkan kehidupan ini. Wanita, lambang keagungan suatu negara. Untuk memahami suatu negara, lihatlah keberadaan para wanitanya.

Tulisan ini kutuangkan sebagai penghormatan untuk sosok wanita yang telah menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan kata-kata ini.

Ketika merenung tentang sosok wanita, aku merasakan begitu banyak manfaat yang dapat kutimba. Wajahnya yang memancarkan senyum karamel, seperti obat penenang bagi jiwa pria sepertiku.

Terkadang aku bisa merasakan kehangatan dalam pelukannya, seolah-olah aku diselimuti oleh kelembutan perawat di kota seni. Dedikasinya yang tinggi dalam melayani masyarakat, merawat ibu hamil dengan penuh kasih, pengalaman berharga dari seorang wanita pejuang.

Aku kadang-kadang menatap wajahnya yang sayu, melihat kecantikan kota Giri Gresik yang mempesona. Bahkan lebih dari itu, aku melihat perpaduan kecantikan kota santri dengan warna jingga senja yang memukau dalam sebuah potret pantai yang anggun. Pemandangan itu adalah anugerah Tuhan yang ingin kuceritakan.

Tanpa pernah bertemu, aku mengenal sosok yang menginspirasi untuk maju. Wanita muda yang pengabdiannya telah dikenal di mana-mana. Tumbuh di tengah polusi udara kota santri, ia menyatu dalam senyuman indah bertemakan gunung di tepi pantai.

Kelahirannya adalah simbol kemerdekaan yang selalu dinantikan, merdeka dari gundah gulana desakan kota. Semangatnya membara, karakteristik yang membuatnya unik dan istimewa.

Wajah itu membawa cerita tentang matahari terbenam di Pantai Kartini, memancarkan kehangatan seperti embun pagi di tengah taman bunga yang mekar. Kulitnya seperti kanvas halus yang mencerminkan sejarah dan budaya, sebagai perpaduan antara keanggunan tradisional dan semangat modern.

Setiap langkahnya, dia seakan menari di atas kisah-kisah masa lalu. Seperti penari tradisional yang memikat hati dengan gerakan yang lembut, mereka melangkah melalui zaman dengan keanggunan dan ketegasan. Kota tempat tinggalnya ini menjadi panggung untuk menampilkan keunikan dan kecantikan sejati.

Dalam setiap senyumnya, dia membawa kebaikan seperti embun yang menyegarkan. Dia adalah pelukis tak terlihat, menciptakan lukisan keindahan dengan kelembutan dan kearifan. Kecerdikannya seperti air yang mengalir melalui Sungai Bengawan Solo, mengalir dengan kebijaksanaan dan kehangatan.

Pada mata indah itu terpantul impian-impian besar yang menjadikannya sebagai pemeran dalam panggung utama. Wanita itu bukan hanya saksi bisu, melainkan penjaga keabadian kota yang dicintai. Dia adalah penjaga api yang menyala di Candi Wringin Lawang, menerangi setiap langkah perjalanan sejarah kota ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline