Lihat ke Halaman Asli

MOH. RIDHO ILAHI ROBBI

Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

Kebenaran dalam Kesalahan

Diperbarui: 2 Januari 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Jelas hal ini bukanlah sekedar klaim semata, melainkan ada sebab tertentu sehingga manusia dikatakan demikian. Alasan ini disebabkan oleh dua hal yang ada pada diri manusia, yakni Akal dan Nafsu.

Dengan akal, manusia bisa membedakan benar dan salah. Manusia bisa bersiasat untuk berbohong, memanipulasi, atau mengatakan hal yang sebenarnya. Meskipun, pada dasarnya manusia lebih peduli dengan Benar atau Salah dibandingkan dengan jujur atau bohong. Setidaknya begitulah pendapat yang dikemukakan oleh Pierre Mazard.

Dengan Nafsu, manusia bisa berangan untuk memiliki sesuatu. Manusia bisa menjadi sosok makhluk yang ambisius. Mereka tidak hanya sekedar mengejar kebutuhan, melainkan keinginannya pun akan dia kejar dengan segala cara. Oleh sebab itulah kita akan melihat manusia dengan berbagai macam karakternya.

Benar dan Salah adalah suatu kebenaran 

Benar bisa dikatakan benar ketika apa yang ada pada pikiran sama dengan realitas. Namun kenyataannya, setiap orang memiliki kebenarannya masing-masing. Apa yang menurutmu benar bisa saja ada orang lain yang menyalahkan. Untuk itu kebenaran bukanlah sebuah objek, melainkan subjek. 

Bagaimana dengan kesalahan? Kesalahan adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan apa "yang diinginkan", jadi seorang pencuri akan dikatakan benar oleh rekan-rekannya jika dia berhasil melakukan aksi pencurian, dan polisi akan menganggap ini adalah sebuah kesalahan. Lalu, yang mana orang yang benar dan mana orang yang salah?. Disini kita akan melihat sebuah faktor yang mempengaruhi Benar dan Salah, yaitu keinginan. Jadi, orang yang salah adalah orang yang melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Karena Kesalahan adalah kebenaran itu sendiri, "sebab, Salah adalah kebenaran dari suatu kesalahan"

Tidak semua orang bisa menerima FAKTA

"Apa yang kita dengar hanyalah opini bukan fakta, dan apa yang kita lihat hanyalah perspektif bukan Realita"(Marcus Aurelius)

Ketika manusia dihadapkan pada suatu perkara, maka apa yang dilihat olehnya akan menjadi perspektif bagi dirinya.

Manusia adalah makhluk penilai dan dia akan tersinggung ketika dirinya dinilai. Oleh sebab itulah kita tidak bisa melihat diri kita sendiri tanpa bantuan cermin.

Jika dihadapkan pada pertanyaan "Bagaimana penilaian mu terhadap teman kamu?" Maka kita akan sangat mudah menjawabnya. Namun, ketika penilaian tersebut berbalik, "Bagaimana penilaian kamu terhadap dirimu sendiri?" Kita akan kesusahan menjawabnya. Jadi akan sangat masuk akal mengapa seorang hakim tidak boleh menjadi hakim atas dirinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline