Lihat ke Halaman Asli

MOH. RIDHO ILAHI ROBBI

Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

Fatum Brutum Amorfati

Diperbarui: 7 Desember 2023   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam sebuah film yang diproduksi oleh DreamWorks Animation yang berjudul Kungfu panda kita akan melihat sebuah Pelajaran yang sangat berharga dari film bergenre komedi ini. Dalam Film pertamanya kita akan dikenalkan oleh Master Oogway, dia adalah guru dari Master Shifu dan menjadi guru dari sosok karakter utama Kungfu panda yaitu Poo. Master Oogway pernah mengatakan kalimat “Seseorang bertemu dengan takdirnya justru Ketika mencoba menghindarinya”. 

Dari apa yang dikatakan oleh Master Oogway kepada Master Shifu itulah kita bisa menarik kesimpulan bahwa, ketakutan yang berlebihan justru akan menghantarkan kita pada sebuah takdir yang tidak kita inginkan. Pada serial Kungfu Panda yang melawan Lord Shen, dimana pada serial itu diceritakan bahwa ada seorang peramal yang mengatakan pada Lord Shen bahwa suatu saat nanti Lord Shen akan dikalahkan oleh seekor panda. Karena ramalan itulah Lord Shen menjadi takut dalam menjalani kehidupannya, sehingga dia memerintahkan kepada bawahannya untuk membunuh setiap panda yang ada. Namun, takdir yang dia takuti justru menjadi kenyatakan tatkala Poo yang menjadi tokoh utama dalam Film Kungfu Panda berhasil diselamatkan oleh Tuan Ping yang mengasuh Poo dari sejak kecil hingga dewasa.

Poo akhirnya belajar Kungfu dari master Shifu dan mendapat Predikat sebagai Dragon Warior atau Ksatria Naga. Penderitaan demi penderitaan telah dialami oleh Poo dan menjadikannya sesosok Ksatria naga yang kuat dan Tangguh, hingga Ketika Lord Shen ingin menguasai dunia, dia dihadapkan oleh takdirnya, yaitu melawan Poo, dan ramalan tersebut menjadi nyata.

Takdir memanglah sebuah ketetapan yang akan menimpa diri kita, baik takdir itu kita harapkan atau tidak. Dalam menjalani kehidupan, kita seringkali mengalami ketakutan yang berlebihan sehingga ketakutan itu lambat laun menjadi sebuah kenyataan. Neitzsche, seorang filsuf dari Jerman dalam quotenya yang terkenal pernah mengatakan “Fatum Brutum Amorfati” yang artinya adalah “Cintailah takdir walau itu kejam” dari hal inilah  kita bisa menarik kesimpulan bahwa, untuk mengubah takdir maka kita harus berani mencintai takdir itu sendiri.

Cerita lain yang menggambarkan seseorang yang bertemu dengan takdirnya karena ketakuannya sendiri, juga digambarkan dengan jelas dalam Al-Qur’an. Kita seringkali mendengar Julukan seorang raja mesir yang mengaku bahwa dirinya tuhan yaitu Fir’aun. Awal mula ketakutan yang dialami oleh Fir’aun adalah Ketika dirinya bermimpi. Dalam mimpinya tersebut dia merasa ada sebuah api yang datang ke Negerinya yakni Baitul Maqdis. Fir'aun bertanya kepada orang-orang cerdik-pandai dan tukang-tukang tenun. Mereka menjawab bahwa takwil mimpi itu ialah akan lahir seorang anak laki-laki (dari Bani Israil) yang akan meruntuhkan kekuasaannya di Mesir. Pada saat itu Fir’aun dilanda ketakutan yang amat besar, bagaimana tidak, anak laki-laki Kaum bani Israil yang menjadi budak Fir’aun saat itu, suatu saat akan meruntuhkan kekuasannya.

Akhirnya, Fir’aun memerintahkan kepada seluruh pasukan untuk menandai semua Wanita yang hamil dari Kaum Bani Israil, dan Ketika melahirkan dan didapati anak yang baru lahir adalah laki-laki maka, saat itu juga anak itu akan di Eksekusi. Singkat cerita, ternyata terdapat satu wanita dari bani Israil yang melahirkan bayi laki-laki, untuk menyelamatkan bayinya dari pembunuhan yang dilakukan oleh fir’aun, dia menghanyutkan bayi yang baru dilahirkannya ke Sungai Nil, dan ditemukan oleh Istri Fir’aun sendiri. Lihatlah, bagaimana takdir itu berjalan, Fir’aun yang pada awal mulanya takut kepada bayi laki-laki yang dilahirkan oleh bani Israil dan berusaha membunuh mereka semua, ternyata Fir’aun sendirilah yang merawat bayi yang suatu saat akan menghancurkan tahtanya. Yang dilakukan oleh Fir’aun tidak lain adalah untuk melawan takdir yang akan menimpa dirinya, ketakutan yang dia alami membuat Fir’aun melakukan sesuatu yang justru mengantarkan dirinya pada takdir yang berusaha dia hindari. Padahal, jika dia tidak mengalami ketakutan yang teramat sangat besar pada takdir, mungkin saja dia tidak akan mati tenggelam di Laut Merah, bisa saja dia mati secara terhormat di medan perang, dan bukan mati karena di adzab tuhan sang pencipta alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline