Perjanjian Kalijati yang ditandatangi pada 8 Maret 1942, menjadi penanda menyerahnya Belanda kepada Jepang sekaligus mengawali masa pendudukan Dai Nippon di Indonesia. Pasca berhasil menduduki Tarakan pada Januari 1942, Jepang semakin agresif untuk menguasai Hindia Belanda. Hanya dalam waktu 3 bulan, Jepang berhasil memasukkan kepingan puzzle besar Nusantara dalam bingkai Asia Timur Raya.
Memposisikan dirinya sebagai "saudara tua", Dai Nippon berupaya merebut simpati rakyat melalui berbagai propaganda. Mereka juga mengajak bekerja sama tokoh-tokoh nasionalis karena dianggap memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yoshikazu bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Selain itu, Jepang juga telah banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari tahanan Belanda. Karena itulah Bung Hatta dan beberapa tokoh nasional lain mererima ajakan kerja sama Jepang.
Keputusan untuk bekerjasama dengan Jepang ini diambil berdasarkan perhitungan yang matang. Dalam biografi politiknya, Bung Hatta mengungkapkan bahwa strategi bekerjasama dengan Jepang sebagai bentuk upaya meringankan beban penderitaan rakyat sekaligus memiliki kesempatan untuk menyusun kekuatan rakyat. Bung Hatta juga memperkirakan bahwa Jepang akan segera dikalahkan Sekutu. Jika Jepang kalah, secara otomatis Indonesia akan terlepas darinya.
Bagi Bung Hatta, bekerjasama dengan penjajah fasis adalah pilihan yang paling realistis saat itu. Beliau melihat kesempatan untuk berkomunikasi dengan rakyat melalui organisasi dan saluran resmi pemerintah balatentara Dai Nippon. Beberapa pidato propaganda menjadi salah satu media efektif untuk menyisipkan pesan-pesan penting bagi rakyat dan pemuda sebagai persiapan menyambut kemerdekaan. Melalui buku "Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato" periode 1942 - 1945, kita dapat mengetahui pesan-pesan kunci untuk rakyat Indonesia yang disampaikan dalam beberapa orasi yang terdokumentasi.
Pidato pertama disampaikan dalam rapat besar pada 8 Desember 1942. Bung Hatta mengutuk imperialisme barat yang menindas bangsa-bangsa Asia dan mengucapkan terima kasih kepada tentara Dai Nippon yang telah membebaskan Indonesia dari belenggu pejajahan Belanda selama 3,5 abad. Rakyat Indonesia didorong untuk aktif terlibat dalam cita-cita Asia Raya yang dipimpin oleh Jepang. Sebuah cita-cita untuk mewujudkan kemakmuran bersama bangsa-bangsa Asia.
Saat itu Jepang gencar mengkampanyekan konsep "Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" yang mencakup Jepang, Manchukuo, China, dan negara-negara di Asia Tenggara. Gagasan ini dilatarbelakangi oleh para pemimpin Jepang yang memiliki kepentingan imperialistik untuk mengamankan sumber daya alam dan memperluas wilayah, militer, dan ekonomi Jepang. Selain itu, bangsa Barat selama ini dinilai mendiskriminasi Jepang dan negara-negara Asia lain melalui penjajahan.
Semangat kebebasan bangsa Asia dijadikan Jepang sebagai tawaran menggiurkan bagi negeri-negeri terjajah di Asia tak terkecuali Indonesia. Propaganda 3A (Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Asia) yang populer pada tahun 1940-an sudah sangat menjelaskan posisi Jepang terhadap "saudara-saudara" Asia-nya. Melalui beberapa tokoh nasional yang kooperatif, propaganda-propaganda Jepang disampaikan kepada seluruh rakyat.
Bung Hatta mengakhiri pidatonya kali ini dengan ajakan berjuang untuk "Kebesaran Asia".
Indonesia muda bulat hatinya akan mengambil bagian dalam peperangan Timur Raya ini. Ia bersedia akan ikut mempertahankan Tanah Airnya, bersedia akan mempertahankan kemerdekaan Asia seluruhnya. Rakyat Indonesia bersiap dengan semangat yang kuat untuk menyelesaikan peperangan di Asia Timur Raya ini, sampai tercapai yang dicita-cita:
- Asia buat bangsa-bangsa Asia
- Asia hidup dalam tolong-menolong dengan kemakmuran bersama
- Indonesia Raya dalam lingkungan Asia Raya.
Marilah kita berjuang bersama-sama, sehidup dan semati untuk Kebesaran Asia! (M. Hatta, disampaikan pada Pidato dalam rapat besar 8 Desember 1942)
Sumber:
Widjaja, I. Wangsa dan Meutia F. Swasono. (1981). Mohammad Hatta Kumpulan Pidato. Jakarta: Yayasan Idayu.