Lihat ke Halaman Asli

Arief Setyo Widodo

Pengetik teks bebas

Berburu Nyale, Mengharap Berkah dari Cacing Laut yang Bertuah

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14004772851630916674

Makhluk hijau itu tampak menggeliat di tangan saya. Bau amis tercium tatkala hewan itu saya dekatkan ke hidung. Sempat ragu, namun saya beranikan untuk memasukkan cacing laut sepanjang 25cm itu ke dalam mulut saya. Terasa lumer di mulut saat saya mencoba melumatnya, rasa asin dan aroma amis muncul seketika. Sangat aneh rasanya, tetapi akhirnya saya berhasil menelan tanpa harus memuntahkannya. Hal yang sama juga dilakukan beberapa kawan dan juga sejumlah orang lainnya di pantai Seger pagi itu. Kami semua sama-sama sedang berburu cacing laut atau biasa disebut nyale.

Nyale adalah sejenis cacing laut yang dapat ditemui di wilayah Nusa Tenggara. Uniknya nyale hanya muncul setahun sekali. Menurut salah seorang warga, tahun ini nyale muncul pada dini hari tanggal 20 Februari dan 21 Maret lalu. Belum diketahui secara pasti sebabnya, namun banyak warga percaya bahwa nyale adalah jelmaan dari rambut seorang putri yang sengaja muncul setiap tahunnya. Konon, pada jaman dulu ada seorang putri cantik di daratan Lombok yang coba dipersunting empat pangeran. Singkat cerita, sang putri akhirnya menceburkan diri ke laut untuk menghindari terjadinya peperangan antara keempat pangeran. Dengan menceburkan dirinya ke laut, jasadnya akan menjadi satu dengan laut. Pengorbanan sang putri tidaklah sia-sia karena setiap tahunnya, nyale selalu muncul dan dapat dinikmati oleh semua orang. Karena itu, warga sangat percaya akan khasiat nyale.

[caption id="attachment_336891" align="aligncenter" width="432" caption="hasil buruan kami"][/caption]

Putri Mandalika, begitulah masyarakat Sasak menamai sang putri. Untuk merayakan munculnya nyale, setiap tahun digelar festival bau nyale yang dipusatkan di Pantai Seger. Untuk tahun ini acara utama Bau Nyale digelar pada tanggal 19-20 Februari. Sejak beberapa tahun lalu pemerintah daerah menjadikan acara yang sering juga disebut Festival Putri Mandalika ini sebagai agenda wisata utama. Promosi digencarkan baik melalui spanduk yang dipasang di beberapa lokasi sampai di situs internet. Area Pantai Seger disulap layaknya pasar malam. Tidak tanggung-tanggung, pemda setempat mengundang beberapa artis ibu kota untuk tampil di panggung hiburan yang terletak di kaki bukit.

[caption id="attachment_336892" align="aligncenter" width="448" caption="panggung hiburan, pusat kemeriahan festival Putri Mandalika"]

1400477419370855672

[/caption]

Sebenarnya festival serupa juga diadakan di Kaliantan, Lombok Timur. Namun dikarenakan fasilitas di sana yang belum memadai, pemerintah memilih Pantai Seger sebagai pusat perayaan Bau Nyale. Pantai Seger masih satu kompleks dengan pantai Kuta Lombok yang sudah memiliki fasilitas wisata lengkap dan sudah dikenal sampai mancanegara. Jadi, para turis asing pun juga turut meramaikan festival ini di samping wisatawan lokal dan para warga sekitar yang sudah menjadikan acara ini sebagai ritual tahunan.

Dibutuhkan usaha keras dan kesabaran ekstra untuk memasuki area festival Bau Nyale. Ribuan orang tumpah ruah di Pantai Seger untuk mengikuti acara tahunan ini. Di luar, terdapat antrian kendaraan sepanjang beberapa kilometer. Menjelang tengah malam, antrian kendaraan nyaris tak bergerak. Asap kendaraan yang terakumulasi menjadikan udara sesak. Sesekali terdengar teriakan dari beberapa orang yang emosi karena kendaraan di depannya menghalangi mereka. Malam yang seharusnya sejuk berubah menjadi panas. Kami berada di tengah lautan kendaraan itu. Sialnya, semua portal tempat parkir ditutup dengan alasan sudah penuh.

[caption id="attachment_336893" align="aligncenter" width="448" caption="tepi pantai pun dipenuhi kendaraan yang terparkir"]

1400477734602865035

[/caption]

Di tengah ketidakpastian dan keputusasaan, petugas mulai membuka portal tempat parkirnya. Saat itu juga orang-orang berebutan membeli karcis dan masuk ke area parkir. Akhirnya kami yang kebetulan berada cukup dekat dengan area parkir bisa masuk juga. Usai memarkir kendaraan, kami harus melewati satu bukit untuk sampai ke pusat acara. Di Pantai Seger memang terdapat beberapa bukit. Dari puncak bukit terlihat jajaran tenda di bawah berhiaskan lampu yang menerangi kelamnya malam. Lereng dan puncak bukit dipenuhi orang-orang yang tengah menunggu pagi. Mereka menunggu munculnya nyale sekitar jam 3 pagi. Kami pun memutuskan bergabung dengan mereka dengan beristirahat sejenak di puncak sebuah bukit yang berbatasan langsung dengan laut.

[caption id="attachment_336894" align="aligncenter" width="448" caption="menunggu pagi di puncak bukit"]

14004778161774676847

[/caption]

Malam itu cukup cerah meski di sudut langit masih terlihat mendung menggantung. Gerimis yang tadi malam turun enggan kembali lagi. Menurut kepercayaan warga, peristiwa keluarnya nyale selalu diawali gerimis atau hujan di malam harinya kemudian mulai tengah malam langit menjadi cerah. Udara dingin mulai menyergap, jam masih menunjukkan pukul setengah dua. Masih sekitar 1,5 jam lagi acara puncak dimulai. Dengan alas rumput dan beratapkan langit saya tertidur sampai kemudian terbangun karena mendengar suara gaduh dari arah pantai. Dan perburuan pun dimulai.

[caption id="attachment_336895" align="aligncenter" width="448" caption="berburu nyale"]

14004778791127151420

[/caption]

Sekumpulan titik cahaya terlihat menerangi sepanjang Pantai Seger disertai suara teriakan. Entah apa maksud orang-orang itu berteriak. Mungkinkah itu dilakukan untuk memanggil para nyale? Apa pun itu, yang pasti saya harus segera turun dan ikut gabung bersama mereka. Jalan masuk menuju pantai penuh sesak oleh orang-orang yang ingin mendekat ke pantai. Orang-orang yang menggelar tikar di area pantai mempersempit akses masuk ke pantai, akibatnya sempat terjadi dorong-dorongan di tempat itu.

[caption id="attachment_336896" align="aligncenter" width="448" caption="keramaian dalam remang fajar pantai Seger"]

14004779511578089301

[/caption]

Jaring kecil di tangan dan senter di satu tangan yang lain, lengkap sudah peralatan para pemburu nyale itu. Tak lupa mereka juga menyediakan ember atau karung sebagai tempat untuk hasil buruan mereka. Biasanya mereka datang berombongan dan saling bahu-membahu untuk berburu nyale. Berbekal senter kecil yang menjadi fitur andalan HP, saya mencoba menangkap nyale menggunakan tangan kosong. Sangat sulit karena nyale lincah di air dan cukup licin ketika dipegang. Menyerah, saya pun hanya bisa menikmati suasana pantai Seger dan segala keriuhan di sekitarnya.

[caption id="attachment_336897" align="aligncenter" width="448" caption="menjaring nyale"]

14004781271883348107

[/caption]

Fajar menjelang, pantai semakin penuh sesak oleh lautan manusia. Kawan-kawan yang sedari tadi masih merasa nyaman beristirahat di atas bukit akhirnya turun juga. Menggunakan wadah bekas mi seduh, satu per satu nyale kami tangkap lalu dimasukkan ke dalam botol bekas. Dalam keremangan fajar Pantai Seger kami memburu nyale bersama para pemburu lain yang semakin bersemangat menjaring nyale.

Tanpa tahu akan diapakan hasil tangkapan nanti, kami tetap menangkap nyale dan memasukkannya ke dalam botol. Makin surutnya laut mempermudah kami menangkap nyale karena banyak nyale terjebak di kubangan kecil. Temaram berganti menjadi terang, nyale mulai menghilang. Nyale kecil akan mencair ketika terkena panas, sedangkan nyale besar akan menghilang di balik karang.

[caption id="attachment_336898" align="aligncenter" width="448" caption="berburu sampai pagi"]

1400478235459731411

[/caption]

Perlahan pantai mulai lengang. Tampaknya mereka sudah puas dengan hasil buruannya dan bergegas pulang. Begitu juga dengan kami, nyale sudah mengisi lebih dari setengah botol. Nantinya, nyale dalam botol itu akan berakhir di daratan alias dibuang karena kami tidak bisa mengolahnya. Dari atas bukit terlihat pintu keluar parkir disesaki kendaraan, akibatnya terjadi antrian panjang di sekitar area parkir. Kami memutuskan untuk menunggu sejenak agar tidak terjebak kemacetan parah. Sementara itu, terlihat kerumunan orang-orang yang masih memadati Pantai Seger. Perbukitan yang semalam terlihat suram kini berubah menjadi hijau segar berselimut rumput. Di ujung cakrawala nampak Rinjani berdiri dengan anggunnya.

[caption id="attachment_336899" align="aligncenter" width="448" caption="rinjani di ujung cakrawala"]

14004783231097930955

[/caption]

Bau Nyale menjadi acara spesial bagi warga Lombok. Di hari itu, mereka berlomba-lomba untuk menangkap nyale yang dipercaya memiliki banyak khasiat. Masyarakat Sasak percaya bahwa nyale dapat membawa kesejahteraan, khususnya bermanfaat untuk kesuburan tanah. Banyak warga yang menabur nyale ke ladang mereka dengan harapan hasil panen yang memuaskan kelak. Selain itu, ada juga yang mengolah nyale menjadi beragam makanan seperti pepes dan rempeyek. Secara ilmiah, Nyale memang mengandung protein hewani yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi.

[caption id="attachment_336900" align="aligncenter" width="448" caption="nyale dalam baskom, banyak ditemui di pasar usai berakhirnya bau nyale"]

1400478430443931967

[/caption]

Kemunculannya yang hanya setahun sekali membuat warga begitu antusias menyambut acara ini. Pesta rakyat yang sudah berlangsung ratusan tahun itu sangat dinanti oleh masyarakat Sasak maupun wisatawan yang ingin menikmati momen langka ini. Kini tak hanya tanah yang subur, perekonomian warga sekitar juga turut tumbuh subur. Banyaknya wisatawan yang berkunjung tentunya memberikan “lahan” baru untuk digarap. Bau Nyale menambah satu lagi alasan bagi para pelancong untuk mengunjungi Lombok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline