Lihat ke Halaman Asli

”Soal Prestasi, Sumbar Jangan Mau Bodoh!”

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13798518281433544324

BINCANG LANGSUNG DENGAN KETUA KONI JABAR ”SOAL PRESTASI, SUMBAR JANGAN MAU BODOH!” [caption id="attachment_290146" align="aligncenter" width="461" caption="KETUA KONI JABAR H AZIZ SYARIF DATUAK KABASARAN AMEH"][/caption] ”Hei, Anda kalau mau bicara dengan Saya, jangan main hape!” Sentakan pertama Ketua Umum KONI Jabar H Aziz Syarif itu cukup mengena. Penulis sendiri, bersama wartawan Editorial Yusrizal sempat tersentak. Sudahlah, untuk datang dari Payakumbuh ke Bandung ini butuh kelelahan luar biasa, eh, Ketua Umum KONI Jabar menyambut dengan biasa-biasa saja. Namun, setelah tahu dan mengalir, banyak hal yang patut dipetik dari sosok H Aziz Syarif ini. Laporan Dodi Syahputra, Bandung Ternyata, H Aziz Syarif memang tegas dan keras. Tetapi, prinsip utamanya adalah disiplin. Maka itu, ia sangat memisahkan urusan kekerabatan dengan urusan kinerja di tubuh KONI Jabar. KONI Jabar sendiri di tangannya sejak dilantik 2010 lalu, telah memiliki 11 venue olahraga berstandar nasional yang layak pakai untuk alek multi iven selayak PON. Maka, jika pun esok hari PON dilaksanakan di Jabar, KONI siap sedia. H Aziz Syarif, mantan Ketua Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Jabar ini memang berjiwa bushido sejati. Pemegang sabuk Dan V dari Bandung Karate Klub ini tak pandang bulu. Tegas, disiplin, keras. Makanya, ketika ada atlet, pelatih, atau pengurus KONI Jabar yang bermasalah dan melanggar disiplin, ia tidak segan-segan untuk memecat. ”Sudah berapa atlet yang kita berhentikan dari Pelatda, termasuk pelatih. Mereka yang kita pecat ini yang nyata-nyata melanggar aturan KONI Jabar. Pengurus pun banyak yang kita ganti. Pengurus KONI Jabar sudah 2 kali di PAW,” ujar H Aziz Syarif dengan tutur wajahnya serius selalu. H Aziz Syarif bergelar Datuak Kabasaran Ameh, ia mengaku ibunya orang Pagaruyung, Bapaknya orang Aceh Pidie. Ia lahir dan besar di Bandung. Ia tidak ingat betul tentang asal-usulnya secara detil. H Aziz Syarif ditemui di ruangannya, setelah meminta jadwal temu dengan Sekretaris KONI Jabar, bicara datar namun tegas. Bahwa, jika kami yang datang, tidak menyebut diri wartawan dari Sumbar, ia tidak akan mau menerima. Sebab, ia tidak perlu publikasi. ”Saya malas begitu-begituan. Orang se-Jabar ini sudah kenal saya kok!” katanya serius. Meski, mengaku tidak mengagung-agungkan soal kesukuan dan asal-usul, H Aziz Syarif yang tidak bergabung di suatu Ikatan Keluarga Minang ini banyak tercatat membantu berbagai kegiatan di kampung halamannya. Pun, di Bandung, ia dan keluarga perantau lainnya sudah membangunkan ”Wisma Tanahdatar” yang bisa muat 40 orang. Wisma ini, kata H Aziz Syarif diperuntukkan bagi para mahasiswa yang kesulitan dengan tempat penginapan selama menjalani masa studinya. Dari kuota 40 orang, baru terisi 20 orang. ”Silakan, kalau ada yang asal Sumbar mau di sana,” kata peraih man of the year kategori olahraga tahun 2012 ini. Jabar Kahiji Jabar menjadi juara umum PON XIX tahun 2016, bukan lagi mimpi. Jabar Kahiji (Kesatu). Jabar sudah membuktikan, selisih 5 medali saja dengan DKI di PON 2012 lalu, ditambah dengan adanya indikasi permainan nomor dan cabang olahraga menjadi bukti, sebenarnya 2012 Jabar sudah Juara Umum. Makanya, menurut H Aziz Syarif, pembinaan olahraga saat ini, sejak KONI dipimpinnya 2010 lalu, tidak ada istilah main-main. Pengurus diberikan target kinerja masing-masing. Jika tidak tercapai, langsung diganti. Ini sudah dibuktikan dalam 2 kali PAW atau pergantian antar waktu yang dibolehkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KONI. Soal Sumbar, potensi 3 emas yang diraih Yosita di PON lalu, langsung diremehkan oleh Ketua Umum KONI Jabar ini. Ia mengaku tidak takut kalau Yosita akhirnya pindah ke DKI yang nyata-nyata menjadi pesaing Jabar meraih Juara Umum. ”Silakan saja. Ah, Cuma tiga medali. Saya sudah siapkan perenang untuk 11 medali emas!” katanya meninggi. H Aziz Syarif, kemudian mengatakan Sumbar selama ini pembinaan olahraganya makin lama makin jadul. Makin jauh dari sistemasi pembinaan olahraga terbaik saat ini. KONI Jabar selalu memperhatikan perkembangan di setiap daerah melalui sport intelligent yang selalu berjalan. Makanya, Sumbar pun dikeker dari Bandung pun, bisa disebut oleh H Aziz Syarif akan makin tertinggal. ”Jauh! Yakin saya, jika nanti Yosita tidak ada, binaraga sudah lepas, paling hebat Sumbar cuma dapat 1 emas saja. Berdasar amatan kami di tim analisa dan evaluasi, cabang Kempo saja nanti yang akan menyumbang medali emas satu-satunya buat Sumbar!” H Aziz Syarif kali ini buka-bukaan dan makin serius. Selama ini, ia mengaku punya resep jitu tentang bina prestasi. Sayang, dari Sumbar, baru penulis yang datang. Jika, tim Sumbar yang datang, ia akan membuka persoalan peluang dan hambatan prestasi Sumbar lebih lebar. Dulu, pernah tiba, sewaktu akan PON Riau, 2012, sejak itu tidak pernah lagi. Percaya diri dari H Aziz Syarif sungguh beralasan. Tim kerja Pelatda Sentralisasi, didukung oleh seluruh unsur dan pimpinan di Jabar. Mulai dari Gubernur sampai Pangdam Siliwangi ikut memberikan dukungan. Makanya, Pelatda Sentralisasi berisi perwira tentara yang dilibatkan sebagai pengawas penuh. Inilah Jawa Barat, yang siap menjadi tuan rumah serta lebih siap lagi menjadi Juara Umum PON XIX Tahun 2016. Semua data sudah di tangan. Percaya diri tuan rumah ini meningkat tajam. Venue demi venue, GOR demi GOR terus dibangun oleh KONI Jabar. Dibangun oleh KONI Jabar. ”Kami bisa, kami mampu. Anda tolong sampaikan ke KONI Sumbar, ayo ingatkan kembali Gubernurnya tentang UU Sistem Keolahragaan Nasional. 2 persen anggaran APBD itu harus untuk pembinaan olahraga,” tutur H Aziz Syarif. Oleh KONI Jabar, istilah tekanan pusat, tekanan pemerintah, tidak akan ada. Selain H Aziz Syarif sendiri, murni dari unsur masyarakat pengusaha, bukan pejabat, ia juga punya komitmen tinggi di setiap cabang olahraga. Saat ini, Jabar dan Korea Selatan sudah menandatangani kerjasama pembinaan olahraga. Sudah 11 orang pelatih Korea dari 9 cabang olahraga yang didatangkan ke Bandung melatih Pelatda Sentralisasi. ”Berkat kerjasama ini, kita hanya membayar 1.000 dollar masing-masingnya. 4.000 dollar lagi, pelatih ini, dibayar oleh negaranya. Nah, itu, kalau mau membina olahraga, harus cerdas, tegas, keras, disiplin dan berprestasi,” ungkap Datuak Kabasaran Ameh ini. ”Sumbar jangan mau bodoh. Jika ada pertentangan aturan dan anggaran, sudah PTUN kan saja. Ayo, berani saja. Toh, kami juga begitu. Selalu berhasil, kalau kebijakan pemerintah merugikan kami. Pengadilan akan berpihak ke pihak yang berbebar-benar berbuat dan bersungguh-sungguh. Ayo Sumbar, bisa!” kali ini H Aziz Syarif mengepalkan tangannya.(***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline