Lihat ke Halaman Asli

Dodi safari

Peneliti Lembaga Eijkman

Mengenal Pneumokokus, Bakteri Penyebab Pneumonia

Diperbarui: 27 Desember 2020   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampakan koloni Streptococcus pneumoniae pada media Agar Darah (Foto: Wisnu Tafroji)

Setiap 12 November diperingati sebagai hari pneumonia dunia

Penyakit pneumonia (radang paru akut) masih menjadi masalah kesehatan utama baik di Indonesia maupun di dunia (Tajuk Rencana Kompas, 14 November 2020). Data WHO pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyumbang 15% kematian pada anak-anak dibawah usia lima tahun di dunia. 

Penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi kuman, diantaranya bakteri, virus, dan jamur. Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) merupakan salah satu bakteri patogen yang paling umum menyebabkan terjadinya pneumonia, diikuti oleh bakteri Haemophilus influenzae dan Respiratory Syncytial Virus.

Pneumokokus pertama kali ditemukan oleh Edwin Klebs dari sputum (dahak) dan jaringan paru pada tahun 1875. Louis Pasteur menyebut bakteri ini sebagai "microbe septicermique du saliva". 

Bakteri ini adalah Gram positif yang berwarna ungu dibawah pengamatan mikroskop, berbentuk lanset, diplococcus karena sering ditemukan berpasangan bahkan berantai "streptococci" dan bersifat fastidius, cukup sulit untuk ditumbuhkan di laboratorium. 

Bakteri ini hanya tumbuh optimum pada media agar darah domba pada suhu 35-37C dengan kadar CO2 5%. Koloninya sendiri mempunyai zona alfa hemolitik kehijauan, dan umumnya sensitif terhadap antibiotic optochin (Gambar).

 Pneumokokus merupakan bagian dari flora komensal yaitu bakteri yang menetap pada bagian tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala penyakit, pada saluran pernapasan bagian atas (nasofaring), yang berkolonisasi di celah kecil nasofaring bersama dengan bakteri lainnya seperti H. influenzae, Moraxella catarhalis, Nisseria meningitidis, dan Staphylococcus aureus.

Kolonisasi pneumokokus ditemukan lebih tinggi pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Selain faktor usia, tingkat kesehatan anak, kebersihan lingkungan termasuk polusi asap sangat mempengaruhi tingkat prevalensinya. 

Selain pneumonia, pneumokokus bisa juga menyebabkan penyakit invasif lainya seperti sepsis, meningitis, otitis media (congek atau teleran) dan sinusitis. 

Sebagian besar strain (serotipe) pneumokokus memiliki kapsul polisakarida yang melindungi bakteri tersebut dari respon imunitas tubuh. Kapsul merupakan faktor virulensi utama dimana strain dengan kapsul tebal bersifat lebih virulen atau lebih jahat dibandingkan dengan strain berkapsul tipis atau tidak mempunyai kapsul sama sekali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline