Lihat ke Halaman Asli

Dodi Kurniawan

Simplex veri sigillum

Nabi Khidir adalah Nabi Muhammad Saw (?)

Diperbarui: 5 April 2024   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Nabi Khidir di atas seekor ikan https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Khizr.JPG

Jum'at (5/4) merupakan hari ke-25 dari Ramadan. Saya sendiri merasa hari ke-25 Ramadan jatuh pada hari Kamis. Dan itu baru disadari saat Subuh, daras Al-Qur'an di masjid diliburkan karena hari ini adalah sayyidul ayyam, Hari Jum'at. Rupanya angka lima pada 25, atau lima hari terakhir Ramadan, mengingatkan saya pada kata khamsah yang bentuk bilangangan ordinalnya adalah khamis.

Tadi malam sebelum tidur sempat terpikir berkenaan dengan sebuah nama, yang banyak mengundang perdebatan muncul dalam benak: Al-Khadhir. Kita biasa menyebutnya Khidir. Diyakini sebagai nabi yang hingga kini masih hidup. "Tinggalnya di dasar laut," begitu kata guru Sekolah Agama saat usia SD dulu. Secara bahasa Khidir seakar dengan kata akhdhar dan khadhra yang berarti 'hijau'. Saya suka sekali mengidentifikasi Nabi Khidir sebagai the Evergreen. Uniknya, nama Khidir tidak disebutkan dalam ayat yang secara sepakat dianggap membicarakan sosok ini. 

Selain Nabi Isa as -- yang diyakini sebagian orang masih hidup di langit, barangkali hanya Melkisedek yang bisa menyaingi 'keabadian' Khidir. Namun, benarkah?

Sosok Evergreen yang Debatable

Berkenaan dengan keabadian Khidir, Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat sebaliknya. Ia menegaskan bahwa terdapat bukti dari Al-Qur'an, Sunnah, akal, dan ijma' para peneliti yang kompeten dari umat ini bahwa Al-Khidr tidak hidup dalam keabadian.

Qaradhawi mengutip  buku Al-Manar al-Manif fi al-Hadits al-Shahih wa al-Dha'if karya Ibn al-Qayyim yang menyebutkan bahwa hadits tentang Rasulullah saw sedang berada di masjid, lalu beliau mendengar ada orang yang berbicara di belakangnya, maka beliau beserta para sahabat pun pergi untuk melihat dan ternyata itu adalah Khidir, adalah hadits palsu. Begitu pula halnya dengan hadits bahwa 'Al-Khidr dan Elias (Ilyasa) bertemu setiap tahun' dan Hadits 'Jibril, Mikail dan Al-Khidr bertemu di Arafah.'

Syaikh Shalih Ibnu Taimiyyah, kutip Qaradhawi, pernah ditanya tentang hal ini, ia menjawab, "Seandainya Al Khidhr masih hidup, niscaya dia akan datang kepada Nabi saw, berperang di hadapannya dan belajar darinya, dan Nabi saw bersabda di hari Badar, 'Ya Allah, jika engkau membinasakan kelompok ini, maka tidak akan ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini'. Mereka berjumlah tiga ratus tiga belas orang, yang dikenal dengan nama-nama mereka, nama-nama ayah dan suku mereka, jadi di manakah Khidir saat itu? Al-Qur'an, As-Sunnah, dan perkataan para penyelidik dari para ulama umat mengingkari kehidupan abadi Khidir sebagaimana yang mereka katakan."

Lebih lanjut Syekh Qaradhawi menyatakan: "Al-Qur'an mengatakan, 'Dan Kami tidak menjadikan seorangpun sebelum kamu yang hidup abadi, maka jika kamu mati, kamu pun abadi.' Jika Al-Khidir adalah seorang manusia, maka ia tidak akan abadi, karena hal ini dibantah oleh Al Qur'an dan As-Sunnah, karena jika ia hidup, niscaya ia akan datang kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana sabdanya: 'Demi Allah, seandainya Musa masih hidup, niscaya dia akan mengikutiku.' (HR. Ahmad dari Jabir bin Abdullah) 

Jika Al-Khidir adalah seorang nabi, maka dia tidak lebih baik dari Musa, dan jika dia adalah seorang wali, maka dia tidak lebih baik dari Abu Bakar."

Berkenaan dengan apakah Khidir adalah seorang nabi? Qaradhawi menyatakan: 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline