"Surprise me!" begitu ungkap Anton Ego dalam Ratatouille (2007). Ya, sedikit kejutan adakalanya diperlukan untuk membuat hidup ini terasa menarik dan sensasional.
Itulah yang saya rasakan pagi ini. Setidaknya saat membaca beberapa literatur yang uniknya masih tentang kopi. Padahal, seperti dikatakan dalam tulisan sebelum ini, Kisah Secangkir Kopi dalam Dialektika yang Panas, saya adalah peminum kopi yang payah.
Inti dari kejutan yang dirasakan adalah betapa kaum Muslimin pada periode awal begitu kuat tradisi literasinya. Pernyataan saya ini terkesan dogmatis--atau bahkan ortodoks--namun sulit untuk membantahnya, tradisi literasi yang luar biasa dalam dunia Islam (dulu) lahir dari dorongan Al-Qur'an dengan wahyu pertamanya yang revolusioner: Iqra (bacalah!).
Dalam sebuah pertemuan di sebuah kelas yang saya ampu, terdorong oleh ketakjuban akan betapa besar dampak yang ditimbulkan melalui wahyu pertama Qur'ani, Iqra, saya katakan bahwa firman Allah SWT yang diturunkan ke bumi melalui Rasul Terpilih-Nya adalah Big Bang-nya semesta kerohanian yang baru, yakni Islam. Sukar untuk dibayangkan, bagaimana sebuah suku bangsa yang umumnya buta huruf tiba-tiba dalam beberapa abad kemudian menjadi begitu literat. Salah satunya adalah tentang kopi.
Menulis sebuah kitab atau melakukan riset--terutama untuk masalah yang bersifat sekunder, bahkan tersier--menunjukkan tingkat literasi yang tinggi. Dan, pada sisi lainnya, menunjukkan tingkat kesejahteraan diri. Idealnya kedua faktor ini berdampingan secara imbang. Namun, kalau pun keduanya tidak berdampingan dengan imbang, maka faktor dorongan agama yang paling mungkin menjadi penyebabnya. Hal ini dapat kita temukan dalam berbagai agama dan keyakinan. Lembaga riset Baytul Hikmah pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah lahir; istana megah Alhambra dengan ornamen kaligrafinya; atau bahkan candi Buddhis Borobudur merupakan sekian contoh dari lahirnya karya manusia yang luar biasa dalam perspektif ini.
Kita kembali kepada kopi. Adalah 'Abd al-Qadir ibn Muhammad al-Jaziri al-Hanbali yang pertama menulis buku tentang kopi, 'Umdah al-Safwa fi Hill al-Qahwah. Al-Jaziri tinggal di Mesir pada abad kesepuluh Hijriah. Abdullah Alrashdi dalam artikelnya 'Umdah al-Safwa fi Hill al-Qahwah, menulis:
"Buku karya Al-Jaziri ini dicetak sebagian pada tanggal awal, tepatnya pada tahun 1806 M, oleh orientalis Sylvester de Sacy (w. 1253 AH / 1838 M), dalam bukunya: Al-Anis Al-Mufid li al-Thalib al-Mustafid.
Salinan de Sacy dicetak ulang di Bulaq Press pada tahun 1296 H/1879 M.
Buku ini juga dirangkum oleh Ibrahim al-Yazigi dan diterbitkan dalam jurnalnya al-Dhiya, Kairo, 1898-1899, hlm. 621-625, 649-654, 712-715.