Lihat ke Halaman Asli

Dodi Kurniawan

Simplex veri sigillum

Aykah: Inspirasi Pohon Eywa dalam Film Avatar?

Diperbarui: 15 Maret 2024   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Acacia Tree, The Sacred Vine & The Midianites (acacialand.com) 

Ramadan identik dengan daras Al-Qur'an. Frekuensi membaca Al-Qur'an meningkat drastis. Bacaan dan amatan terhadap Kitab Suci – yang diturunkan pada bulan Ramadan – pun relatif tinggi. Salah satu dari contoh amatan tersebut adalah saat menemukan dua penulisan berbeda untuk satu kata Al-Aykah. Nama satu kaum yang kepada mereka Nabi Syu'aib as diutus.

Berkenaan dengan kaum Aykah, disebutkan dalam empat surah Asy-Syu'ara: 176, Shad: 13; Al-Hijr: 78; dan Qaf: 14. Penulisan pada Asy-Syu'ara memiliki kesamaan dengan yang tertulis pada Surah Shad dan berbeda dengan penulisan pada Surah Al-Hijr dan Qaf. 

Asy-Syu'ara: 176 (https://quran.com)

Penulisan al-Aykah tampak ganjil, dimana alif atau hamzah washal ditiadakan dan langsung tertulis huruf lam sukun. Rasm atau bentuk penulisan ini memungkinkan untuk terbaca Laykah. Mengingat huruf hamzah dalam manuskrip Al-Qur'an awal biasa tidak dituliskan seperti pada naskah Al-Qur'an yang berasal dari awal abad ke-8 M dengan kode BNF Arabe 328 koleksi The Bibliothque nationale de France berikut:

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Codex_Parisino-petropolitanus,_first_leaf_recto.jpg

Bila kita perhatikan kata fa-ulaa'ika (dalam kotak hitam) pada folio yang bertuliskan QS Al-Baqarah ayat 275-276 di atas, kita tidak mendapatkan hamzah tertulis di sana. Sehingga, bila penulisan al-Aykah seperti pada contoh ayat ke-176 dari Surah Asy-Syu'ara maka bacaan laykah sangat mungkin untuk terjadi. Sungguh merupakan pengalaman daras Al-Qur'an yang menarik.

Sementara itu pada kedua tempat lainnya, yaitu Al-Hijr: 78; dan Qaf: 14, penulisan al-Aykah kita jumpai sebagaimana lazimnya.

Surah Qaf: 14 (https://quran.com)

Menariknya, dalam mushaf Utsmani, meskipun terdapat penulisan yang berbeda namun bacaannya tetap sama: al-Aykah.  Di sinilah cerdasnya Khalifah Utsman bin Affan ra, beliau berusaha meluruskan ragam bacaan yang agak mirip-mirip fenomena naql  dalam bacaan gharib dalam Al-Qur'an, yakni pemindahan harakat kepada lam dan menghilangkan alif (hamzah washal)-nya, yaitu Laykah. Dan bagian indahnya adalah dengan tetap memelihara bentuk atau rasm-nya Laykah. Hanya saja selain huruf lam yang disukunkan, huruf hamzah sengaja tidak diberi dudukan (nibrah). Sehingga, secara kerangka tulisan bagi yang 'keukeuh' membacanya Laykah masih tetap terakomodir. 

Menurut Saleh Flayeh Zaal Almadzhan dalam Laykah fi al-Qira'ah al-Quraniyyah Qira'atan Sharfiatan Dalaliyatan, Aykah berasal dari nama pohon Ayk atau Ik , yakni sebuah pohon besar. "Al-Jawhari berkata: 'al-Ayk: pohon yang berkelok-kelok. Bentuk tunggalnya adalah aykah, adapun Laykah adalah nama sebuah desa. Al-Sahib bin Abbad berkata: 'Laykah: nama sebuah tempat,'" tulis Almadzhan mengutip  Al-Jawhari dalam Al-Shihah fi al-Lughah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline