Erich Anton Paul von Daniken. Amazon menahbisnya sebagai 'Bapak Teori Alien Kuna'. Ia telah menulis 26 buku dengan angka penjualan lebih dari 65 juta eksemplar. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Sulit membayangkan kita berbicara tentang alien tanpa menyebut nama Bapak Teori Alien Kuna ini. Tulisan hari ini merupakan lanjutan dari tulisan Alien sebelumnya.
Gagasan umum von Daniken dari berbagai buku terbitannya, dimulai dengan Chariots of the Gods? pada tahun 1968, adalah bahwa makhluk luar angkasa atau astronot kuno mengunjungi Bumi dan memengaruhi budaya manusia purba. Von Daniken menulis tentang keyakinannya bahwa struktur seperti piramida Mesir, Stonehenge, dan Moai Pulau Paskah, dan artefak tertentu dari periode itu, adalah produk dari pengetahuan teknologi yang lebih tinggi daripada yang dianggap ada pada saat pembuatannya. Dia juga menggambarkan karya seni kuno di seluruh dunia mengandung penggambaran astronot, kendaraan udara dan luar angkasa, makhluk luar angkasa, dan teknologi kompleks. Von Daniken menjelaskan asal-usul agama sebagai reaksi kontak dengan ras alien, dan menawarkan interpretasi bagian dari Perjanjian Lama dari Alkitab.
Carl Sagan, yang menulis buku Intelligent Life in the Universe bersama I. S. Shklovskii dua tahun tahun sebelum von Daniken menerbitkan Chariots of the Gods?, mengomentari gagasan von Daniken:
"[Adalah sebuah kenyataan] bahwa tulisan seceroboh von Daniken, yang tesis utamanya adalah bahwa nenek moyang kita itu bodoh, harus begitu populer adalah komentar yang bijak tentang keyakinan dan keputusasaan di zaman kita. Saya juga berharap sebagai kelanjutan atas popularitas buku-buku seperti Chariots of the Gods? [menjadi bahasan] dalam pembelajaran logika di sekolah menengah dan perguruan tinggi sebagai pelajaran contoh pemikiran yang ceroboh. Saya tahu tidak apakah ada buku terbaru yang penuh dengan begitu banyak kesalahan logika dan fakta seperti halnya karya von Daniken ini."
Saya tidak bermaksud ad hominem, von Daniken rupanya kurang tahu berterima kasih atas gagasan-gagasan sebelumnya. Ronald Story beranggapan bahwa buku yang ditulis Carl Sagan dan I.S. Skhlovskii, Intelligent Life in the Universe membidani kelahiran gagasan-gagasan von Daniken's ideas. "Banyak gagasan dari buku ini muncul dalam bentuk yang berbeda pada buku-buku von Daniken," ungkap Story.
"Sebelum karya von Daniken, banyak penulis lainnya telah mempresentasikan gagasan tentang adanya kontak dengan makhluk luar angkasa. Dia (Daniken) telah gagal untuk menghargai para penulis ini dengan benar atau bahakn tidak sama sekali, bahkan ketika membuat klaim yang sama dengan menggunakan bukti yang serupa atau identik. Dalam edisi pertama Erinnerungen an die Zukunft (Kenangan Akan Masa Depan) von Daniken gagal mengutip One Hundred Thousand Years of Man's Unknown History karya Robert Charroux meskipun membuat klaim yang sangat mirip. Sampai-sampai penerbit Econ-Verlag terpaksa menambahkan Charroux dalam bibliografi di edisi selanjutnya, untuk menghindari kemungkinan gugatan plagiarisme," tambah Story.
Terlepas dari semua yang disampaikan tadi, von Daniken adalah penulis yang buah pikirannya memiliki pengikut banyak. Saat tinggal di Asrama Mahmud di Bandung dulu, saya sempat membaca salah satu buku von Daniken dengan sebagian halamannya yang sudah rusak dimakan rayap. Von Daniken adalah legenda dalam madzhab extra-terrestrialisme. Sampai-sampai, kata Richard R. Lingeman---dan ini membuat saya tersedak tawa saat membacanya---dalam Erich von Daniken's Genesis:
"Separuh dari saya mengharapkan---dengan pikiran liar saya sendiri---dalam buku von Daniken berikutnya dia akan mengumumkan bahwa dia akhirnya telah dinaikkan ke atas sebuah bukit berkabut dan ditampakkan kepadanya sebuah kapsul waktu Astronot Kuno yang nyata---dengan tablet bertuliskan sinar laser yang berisi instruksi terperinci bagi umat manusia. Sebuah pemikiran tentang agama-astronomi baru, dengan Erich von Daniken sebagai nabinya; renungkanlah itu!"
Sebuah Upaya Rekonsiliasi
Kita harus terbuka terhadap sebuah gagasan. Tidak perlu takut. Tidak terburu-buru dalam menilai. Tapi juga tidak boleh tergopoh-gopoh dengan mudah menerima sebuah gagasan. Meskipun selalu ada bias dalam memandang sesuatu, akan lebih baik bila kita tidak tergopoh-gopoh dalam menyikapi sesuatu.
Nampaknya merupakan bagian dari fitrah kita untuk menerima adanya eksistensi seperti kita di luar sana. Dan juga fitrah kita untuk merasa bahwa kita adalah pusat dari pesona penciptaan semesta ini.