Lihat ke Halaman Asli

Dodi Kurniawan

Simplex veri sigillum

Khong Guan: Problem Solved, Case Closed

Diperbarui: 26 Maret 2023   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ladybirdflyawayhome.com

"Ini cerita panjangnya..." tulis Arbain Rambey di akun twitternya Selasa lalu. Dan saya langsung senyum-senyum sendiri saat melihat gambar legendaris pada kaleng biskuit---yang tak kalah legendarisnya pula---Khong Guan

Bagi generasi X di tanah air, biskuit ini tentu tiada bandingannya. Salah satu penanda Ramadan akan berakhir adalah kemunculan kaleng bergambar seorang ibu beserta dua anaknya ini.

Arbain sendiri adalah fotografer sekaligus jurnalis kawakan di Indonesia. Sekitar 10 tahunan lalu, saya sempat berbincang dengan Arbain saat ia mengantar putranya bersekolah di Al-Wahid. Sebuah pilihan studi yang nampaknya lebih kepada apresiasi akan keasrian alam yang mengelilingi sekolah ini. Beberapa majalah National Geographic dan sejumlah buku dia sumbangkan ke Al-Wahid. Sementara dari anaknya, Anand Syailendra---yang kemudian menjadi anak didik saya selama tiga tahun---saya mengenal grup musik asal Jepang, L'Arc~en~Ciel.

Waktu serasa bergerak mundur sementara saat membaca The Strange Tale of the Missing Father of Khong Guan dari tautan yang disematkan dalam twit tersebut. Penulisnya adalah Hellen Day

Kenangan saat kecil dulu tergambar kembali. Hiruk-pikuk suasana kampung saat mendekati Lebaran terfilmkan dalam pelupuk. Dan yang tak kalah pentingnya: misteri hilangnya sosok ayah dalam gambar kaleng Khong Guan terjawab sudah. Sejumlah tulisan, meme ataupun lelucon berputar tiap jelang hari raya Idulfitri. Terlebih saat keisengan netizen di tanah air luar biasa akutnya dewasa ini.     

Dari 68,98 jutaan penduduk Indonesia yang berusia di atas 40 tahun menurut dataindonesia.id, semoga cukup aman untuk mengatakan lebih dari sepertiganya pernah melihat gambar pada kaleng Khong Guan secara langsung. Sementara bagi warga yang berusia di bawahnya, cukup aman pula untuk memperikan mereka pernah melihatnya via media atau media sosial. Pelukis dari imaji keluarga harmonis---hanya saja minus ayah---tersebut adalah Bernardus Prasodjo. "Namun, sepertinya tidak ada orang di negara itu (maksudnya Indonesia) yang tahu asal-usul gambar itu---bahwa itu adalah jelas salinan dari ilustrasi dalam buku Ladybird yang sangat banyak digemari," ungkap Hellen.

Pelukis aslinya adalah Harry Wingfield  sementara lukisan yang ditiru Bernardus diambil dari buku untuk seri Telling The Time. "Jadi sekarang saya akan memberi tahu Anda jawaban teka-teki yang telah menantang 268 juta orang. Bersiaplah!" seloroh Hellen sembari menyertakan gambar asli dari buku tersebut.

ladybirdflyawayhome.com

Sebuah gambar nyaris persis seperti yang terlihat pada keleng Khong Guan diperlihatkan lengkap dengan bacaan tentang waktu: 'Pada pukul 4 sore kami minum teh'. Ilustrasi ini dibuat oleh Harry Wingfield pada tahun 1959. Kemiripannya begitu detail, terlebih warna. "Ilustratornya (Bernardus) mengatakan bahwa kliennya (Khong Guan) memberinya potongan gambar yang kusut dari koran dan meminta dia untuk menggunakannya sebagai inspirasi. Dia mengatakan bahwa gambar itu mungkin berasal dari koran Singapura. Jadi gambar tersebut sudah digunakan dari sumber lain bahkan sebelumnya," tulis Palalabu, seorang pembaca di kolom komentar tulisan Hellen.

Namun, gong-nya baru keluar setelah gambar yang pertama. Hellen memposting gambar yang bersampingan dengan tulisan: 'Pada pukul 6 sore Ayah pulang'. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline