Adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah sufiah terbesar dari abad ke-8 Masehi. Secara ringkas orang-orang menyebutnya Rabi'ah al-Bashriyah. Ia anak perempuan keempat sehingga ayahnya menamainya Rabi'ah, yaitu anak perempuan keempat.
"Malam ketika Rabi'ah hadir ke dunia ini, tidak ada apapun di rumah ayahnya disebabkan sang ayah hidup dalam keadaan sangat miskin. Ia bahkan tidak punya setetes minyak untuk meminyaki tali ari anaknya [yang baru dipotong]; tidak ada lampu, dan tidak ada kain untuk membedongnya. Ia telah memiliki tiga anak perempuan, dan Rabi'ah adalah anak perempuannya yang keempat; untuk itu ia dipanggil dengan nama itu," tulis Fariduddin Attar dalam bukunya Tadzkiratul Auliya (Memoar Para Wali) yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh A.J. Arberry.
"Pergilah ke tetangga atau siapa saja, dan mintalah setetes minyak, sehingga kita bisa menyalakan lampu," istrinya berkata kepadanya.
Saat itu lelaki tersebut telah bernadzar bahwa ia tidak akan pernah meminta apapun kepada makhluk. Jadi ia pergi ke luar dan hanya meletakkan tangannya di pintu rumah tetangganya tersebut, lalu kembali.
"Mereka tidak akan membuka pintu [selarut ini]," ia menyampaikan.
Wanita miskin itu menangis dalam kepahitan. Dalam kegelisahan lelaki itu meletakkan kepalanya dia lututnya dan kemudian tertidur.
Saat tidur tersebut ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw.
"Janganlah bersedih," hibur sang Nabi.
"Bayi perempuan yang baru saja terlahir ke dunia ini adalah ratunya kaum perempuan yang akan menjadi juru syafaat bagi 70 ribu umatku di hari Kemudian."
Sang Nabi melanjutkan, "Pergilah temui Isa al-Zadan, gubernur Basrah. Tulislah di atas kertas kata-kata berikut ini: 'Setiap malam engkau mengirimkan shalawat untukku sebanyak 100 kali, dan pada Jum'at malam 400 kali. Tadi malam adalah Jum'at malam, dan engkau melupakan aku. Sebagai tebuasan atas hal itu, berikanlah kepada lelaki ini 400 dinar dari hartamu yang sah.'"