Lihat ke Halaman Asli

Dodi Kurniawan

Simplex veri sigillum

Membaca Ayat-Ayat Hikmah di Wajah Langit dan di Atas Punggung Bumi

Diperbarui: 6 April 2022   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://1.bp.blogspot.com

Sebuah Pagi Berhikmah

Sudah lama tidak menengadah ke langit. Menerka-nerka jumlah bintang-gemintang di atas sana. Tadi pagi, sepulang dari masjid saya sempatkan sejenak menikmati langit yang cerah. Polusi cahaya melindapkan kerlap-kerlip bintang di angkasa. Tidak sedikit di antaranya merupakan sabitah, yaitu bintang yang posisinya tetap di langit. 

Tidak sedikit pula sabitah-sabitah tersebut membentuk sebuah konfigurasi. Konfigurasi bintang-bintang tersebut kita kenal sebagai rasi bintang. Baik sabitah tunggal ataupun rasi menjadi penanda atau penunjuk bagi mereka yang mahir membaca peta di langit.

Saya hanya penikmat langit. Menengadahkan kepala ke langit merupakan satu-satunya tengadahan yang melahirkan rasa kecil dan takjub akan kemahabesaran Sang Maha Pencipta. 

Angkasa raya yang terlihat begitu senyap ternyata dipenuhi bebunyian. "Ruang angkasa tidaklah sunyi. Ia dipenuhi dengungan partikel-partikel bermuatan yang---dengan piranti yang tepat---kita bisa mendengarnya," tulis Mara Johnson-Groh di blog NASA. Tak dinyana lingkupan tak-berbatas yang kita sebut sebagai jagat raya ternyata tak ubahnya sebuah lokananta raksasa.

Menurut para ahli---berbanding dengan kejembaran ruang di semesta ini---di antara bintang-bintang yang terlihat oleh mata telanjang kita, kilauan cahaya mereka baru sampai ke bumi dalam waktu 4,2 hingga 1000 tahunan. 

Jadi satu di antara bintang yang saya pandangi itu pada dasarnya merupakan penampilannya 4,2 sampai 1000 tahun lalu. Sebuah galeri yang tidak real time. Sekali lagi kita dihenyakkan oleh betapa jembarnya jagat raya ini. 

Bagaimana tidak, cahaya bergerak begitu lesatnya. Ia bisa menempuh jarak 300.000 kilometer per detiknya. Kecepatan cahaya dipaksa bertekuk lutut oleh luasnya cakrawala. Bukan hanya itu, para ahli menyebutkan bahkan ada bintang yang bisa kita lihat hanya setelah ia sendiri punah dalam supernova. Bagi yang tertarik dengan isu-isu astronomi, laman Info Astronomi layak untuk dikunjungi.

Ramadan mendorong kita cenderung menengadah ke langit. Sebuah kecenderungan lahiriah yang dipantik oleh kondisi kerohanian yang ditimbulkan oleh keberkatan Ramadan. Bulan yang dalam redaksi Nabawi surga saja berhias untuk menyambut kedatangannya. Dan Tuhan Sendiri berkenan menasbihkan salah satu dari hari-harinya bahkan lebih baik daripada seribu bulan.

Kelindan Malam dan Siang Ramadan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline