Ramadan telah tiba. Atmosfer kesyahduan dalam peribadatan seketika merebak. Masjid-masjid dipadati Jamaah. Pengajian dan kajian keagamaan marak dihelat. Pesona Ramadan telah memikat merpati-merpati masjid untuk berkumpul tak jauh dari Rumah Allah.
Dalam tulisan pada hari pertama Ramadan tahun ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menelusuri titik simpul dalam jaring laba-laba pengetahuan yang telah kita jalin dari waktu ke waktu. Atau, lebih tepatnya dari satu Ramadan ke Ramadan lainnya dalam linimasa kita. Dan sebagai kuncinya adalah angka tiga.
Bahasa Arab memiliki pola matematis dalam kata-katanya. Sebuah kata Arab umumnya---dan idealnya---terdiri dari tiga huruf. Seperti kata 'Arab sendiri terdiri dari tiga huruf al-mabani (huruf pembentuk kata): 'ain, ra dan ba. Atau, Islam tersusun dari huruf-huruf dasar: sin, lam dan mim. Secara sederhana huruf-huruf dasar tersebut jumlahnya ada tiga. Oleh sebab itu lazim disebut trilateral root atau tsulatsi mujarrad (tiga huruf penyusun sebuah akar kata).
Sedikit elaborasi tentang akar atau asal kata dalam bahasa Arab, hingga kini masih dalam perdebatan. Setidaknya lebih dari satu milenium dua aliran besar dalam kebahasaan Arab, Basrah dan Kuffah bersilang pendapat mengenai apakah fi'il (kata kerja) ataukah isim masdhar (kata benda dasar) sebagai asal sebuah kata.
Sebagai contoh sederhananya, apakah kata kerja salima (selamat, damai) ataukah kata benda salaamah (keselamatan) yang merupakan akar kata Islam? Ini bukan tentang isytiqaq (perubahan bentuk kata) dari aslama-yuslimu-islaam. Ini tentang apakah aslama atau islaam sebagai cikal bakal kata Islam.
Apakah Islam yang melahirkan kata kerja aslama-yuslimu (menyelamatkan) ataukah sebaliknya justru kata kerja aslama-yuslimu-lah yang kemudian melahirkan kata Islam.
Saya sebenarnya cenderung menghindari hal yang bersifat terlalu teknis. Paragraf ketiga dan keempat termasuk kategori teknis. Saya harap pembaca cukup sabar dan tidak meninggalkan bacaannya berakhir sampai pada kedua paragraf tersebut.
Ramadan dalam Tiga
Sebagaimana disebutkan sebelumnya. Sejak sebuah kata Arab tersusun dari tiga huruf, maka Ramadan pun dengan mudah diurai huruf-huruf penyusunnya.