Novel Dan Brown, The Da Vinci Code yang difilmkan dengan judul yang sama tiga tahun setelah penerbitannya pada tahun 2003 terlintas saat sahur terakhir Ramadan ini. Dan salah satu item penting dalam novel ini adalah The Last Supper atau L'Ultima Cena karya Leonardo Da Vinci. Sebuah makan malam yang di dalamnya Yesus menubuwatkan pengkhianatan oleh salah satu muridnya.
The Last Sahur, ya sahur terakhir. Satu rangkaian dalam ibadah puasa yang Rasulullah saw--melalui Anas bin Malik ra sabdakan, "Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sahur mengandung makna yang sangat penting. Sebuah isyarat kuat bahwa kita adalah manusia yang ditakdirkan menaruh hajat terhadap makan dan minum. Makan dan minum yang disunnahkan sebagai sahur ini sama sekali bukan hal yang bisa dianggap enteng. Ia adalah salah satu penala insaniyyah (kamanusiaan) saat sha'im mengalami mi'raj dan berasyik masyuk dengan Allah, Kekasihnya.
Puasa merupakan ibadah yang dengan pahalanya manusia 'mencicipi' ranah uluhiyyah sebagaimana redaksi hadits qudsi wa ana ajzi bihi. Secara esoterik ala para Sufi barangkali bisa dikatakan bahwa ganjaran berpuasa adalah manunggaling kawula Gusti. Tidak berhajat terhadap makanan, minuman, tidur dan pasangan adalah sifat Tuhan. Dan itulah yang tergambar dari seorang yang melaksanakan puasa.
Itulah sebentuk mawt (Latin: mort) yang dialami seorang sha'im dengan puasanya dan yang dengannya ia 'melihat' Tuhannya. Di titik inilah peran penting sahur. Makan dan minum adalah simbol kelemahan seorang makhluk. Dalam konteks puasa, sahur adalah titik berangkat, dan ifthar (buka puasa) adalah titik hentinya. Batas fitrah kemanusiaan inilah yang menjaga sang sha'im tetap sadar akan kadar dirinya.
Kembali kepada The Last Supper atau Perjamuan Terakhir, konon Leonardo menyisipkan pesan rahasia atas adanya simbol M yang dibentuk secara samar oleh Yesus dan Yahya Sang Pembaptis (yang dispekulasikan sebagai Maryam Magdalena). Pun demikian dengan The Last Sahur kita. Ada kode M di dalamnya, yakni mawt sebagaimana yang kita bahas di atas.
Kini, kita bergerak menjauh dari titik berangkat menuju finish. Waktu bercengkrama kita dengan Sang Kekasih akan segera berakhir. Saat berbuka nanti adalah waktu bagi kita untuk kembali hidup dan berbagi kasih dengan sesama makhluk hidup. Itulah fitrah kita yang harus terus dijaga sampai akhirnya kita kembali ke hadirat-Nya dan tak lagi bisa berbagi.
Selamat jalan Ramadan. Berilah kesempatan kepada kami untuk belajar meski sedikit untuk mengenalmu lebih baik saat kau kembali lagi nanti!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H