Salah satu penyebab harga komoditi pertanian di Indonesia seperti buah-buahan, sayuran, atau komoditi pangan lebih mahal dibandingkan harga dari negara lainnya adalah manajemen rantai pasok yang tidak efektif.
Manajemen rantai pasok tidak efektif ditandai oleh panjangnya proses distribusi dari produsen sampai ke tangan end user (konsumen akhir).
Apalagi adanya sistem pasar bebas yang menciptakan persaingan pasar secara terbuka, seringkali dimanfaatkan oleh para oknum (mafia) mempermainkan harga dan stok ketersediaan barang.
Contoh terkecil dari permainan tersebut adalah munculnya sistem "tengkulakisasi"
Sistem tengkulakisasi dengan aktor utama adalah tengkulak.
Menurut KBBI, tengkulak diartikan sebagai pedagang perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama) dengan harga di bawah harga pasaran.
Dalam kasus tertentu, tengkulak berperan sekaligus sebagai pemberi modal atau rentenir kepada petani.
Petani mengganti hutang tersebut saat panen tiba dengan harga jual di bawah pasaran. Sehingga mau tidak mau, petani harus menjual hasil panennya kepada rentenir.
Praktik tengkulakisasi inilah yang menyebabkan, nilai jual hasil panen petani rendah, dan ini sangat merugikan petani.