Lihat ke Halaman Asli

Dodik Suprayogi

Independen

Dugaan Praktik Monopoli, di Balik Melejitnya Harga Gabah di Petani

Diperbarui: 6 Agustus 2023   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gabah Kering Panen (GKP) Padi Varietas Muncul (Dokpri)

Meski pemerintah melalui Badan Pangan Nasional telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)  gabah terbaru pada Maret 2023 silam, faktanya harga gabah di pasaran baik tingkat petani maupun penggilingan tetap tidak terkendali, justru cenderung merangkak naik setiap bulan.

Terlihat dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), selama Bulan Juli 2023, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani  naik menjadi Rp. 5,629 per kilogram, sebelumnya di Bulan Mei harga GKP di angka Rp. 5,543. 

"Selama Juli 2023, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp5.629,00 per kg atau naik 1,55% dan di tingkat penggilingan Rp5.764,00 per kg atau naik 1,61% dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Jakarta, dikutip dari okezone.com, Selasa (1/8/2023). 

Dibandingkan dengan Bulan Juli 2022, harga gabah kering panen (GKP) dengan kualitas yang sama di tingkat petani pada Bulan Juli 2023, tercatat naik sebesar 23,19 persen.

Kenaikan harga gabah ini, juga mengerek naiknya harga beras berbagai kualitas. Harga beras kualitas premium di penggilingan naik sebesar 0,11 persen menjadi Rp. 11,357 per kilogram, sedangkan harga beras medium menjadi Rp. 11,121 per kilogram atau naik 0,37 persen dari bulan sebelumnya.

Fenomena kenaikan harga gabah di tingkat petani yang ekstrem ini, mengundang berbagai spekulasi oleh berbagai pihak baik petani, pemerintah maupun penggilingan padi, salah satunya adalah dugaan praktik monopoli pembelian gabah.

1. Penurunan Stok, Padi Gagal Panen Dampak El Nino

Fenomena kekeringan atau El Nino yang melanda Indonesia, menyebabkan terjadinya kekeringan di banyak sawah padi di berbagai daerah di Indonesia.

Fenomena El Nino akan meningkatkan ancaman kekeringan yang sangat tinggi pada periode Juni hingga Oktober 2023 pada wilayah sentra produksi padi.

Dampak dari fenomena El Nino yang melanda Indonesia, diperkirakan produksi padi pada tahun 2023 turun tajam hingga 1,2 juta ton akibat gagal panen atau penurunan produksi padi.

"Kemungkinan kekurangan atau produksi yang terimbas dari el nino itu sekitar 300 ribu-1,2 juta ton," ucap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo usai melakukan rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, dikutip dari Detik.com Rabu (2/8/2023).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline