Lihat ke Halaman Asli

Dodik Suprayogi

Independen

Pramuka: Bukan Sebatas Patok Tenda

Diperbarui: 14 Agustus 2022   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggota Pramuka SMK Grafika Mardi Yuana, Bogor, Jawa Barat, mengikuti jelajah hutan/gunung di Lereng Gunung Salak, Bogor, tahun 2018. Foto: Kompas.id

61 tahun silam, tepatnya 14 Agustus 1961  gerakan kepanduan yang kini dikenal sebagai PRAMUKA atau Praja Muda Karana resmi diperkenalkan. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961, sebagai kalanjutan dan pembaharuan dari Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia.

Ketua kwartir nasional gerakan pramuka pertama adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang selanjutnya disebut dengan bapak pramuka Indonesia.

Sebenarnya, jauh sebelum lahirnya nama PRAMUKA, gerakan kepanduan di Indonesia sudah berkembang dan cukup banyak peminatnya. Contohnya saja, pada tahun 1916, Javaansche Padvinders Organisatie berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII dan juga “Padvinder Muhammadiyah” yang pada 1920 berganti nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW).

Sejarah panjang gerakan kepanduan di Indonesia selaras dengan adanya pergerakan nasional disemua golongan lapisan masyarakat, baik yang bernafas kebangsaan ataupun bernafas keagamaan. 

Transformasi PRAMUKA sejak diperkenalkan hingga hari ini, diklaim mampu menjawab perubahan zaman. Indonesia dengan komposisi demografi generasi Z atau kaum Zilenial (kelahiran 1997-2012) mencapai 27,94 persen atau 74,93 juta jiwa. 

Sementara itu, generasi milenial (kelahiran 1981-1996) mencapai 25,87 persen atau 69,38 juta jiwa. Potensi besar ini, dapat menjadi modal bangsa Indonesia menggapai cita-citanya sebagai bangsa yang beradab dan maju.

Salah satu wadah dan juga jalan untuk mencapai cita-cita tersebut adalah PRAMUKA. PRAMUKA harus dapat menjadi lokomotif yang mempersatukan semua golongan dan kepentingan. Mengambil peran sebagai solusi dalam menangani krisis geopolitik, krisis politik, krisis ekonomi dan krisis ahklak melalui program-program nyata.

Mengabdi Tanpa Batas Untuk Membangun Ketangguhan Bangsa 

Tema perayaan Hari Ulang Tahun PRAMUKA ke-61 Tahun 2022 adalah "Mengabdi Tanpa Batas Untuk Membangun Ketangguhan Bangsa " sesuai dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Nomor 62 Tahun 2022 tentang Tema dan Logo Hari Pramuka Tahun 2022.

Sesuai dengan tema tersebut, membangun ketangguhan bangsa adalah tujuan dari Gerakan PRAMUKA dewasa ini melalui pengabdian tanpa batas.

Pengabdian tanpa batas merupakan tafsiran dari makna mencintai tindakan sehingga lahirlah ketulusan. Presiden Joko Widodo dalam suatu kesempatan, menyampaikan bahwa kini negara pemenang bukan lagi negara yang kaya mengalahkan negara yang miskin, negara yang luas mengalahkan negara yang sempit, melainkan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan menjadi bangsa pemenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline