Lihat ke Halaman Asli

Dodik Suprayogi

Independen

Belajar dari Rio: Membangun Komunikasi Efektif dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 23 Juli 2022   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anak Berkebutuhan Khusus(Foto_raisingchildren.net.au)

Lereng Gunung Slamet di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menyimpan potensi alam yang sungguh menawan. Suburnya sumber daya alam yang ada, sebagai anugerah tiada tara dari Tuhan Yang Maha Esa. Sektor-sektor ekonomi berkembang dengan pesat dan maju yang berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Seperti pengembangan ekowisata dan agrowisata yang kekinian banyak diminati turis domestik ataupun manca negara. 

Salah satu sektor yang banyak dilakoni adalah sektor pertanian. Banyak penduduk asli yang memilih bekerja sebagai petani, kesehariannya dihabiskan untuk di ladang bercocok tanam dan membudidayakan berbagai aneka jenis tanaman sayuran yang menghasilkan seperti budidaya bawang merah, bawang daun dan bawang putih.

Selama 40 hari bertugas di wilayah Tegal "atas" pada akhir 2021 silam, tidak hanya mempelajari sektor pertaniannya saja, tetapi sosial budaya masyarakatnya yang masih kental cukup menarik untuk turut menjadi bahan pembelajaran.  

Menariknya, ada satu petani yang masih cukup muda dan dia adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami kondisi autisme ringan atau menurut diagnostik dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition atau DSM-5, masuk dalam level 1 autisme.

Sebut saja Rio, umurnya mungkin kurang lebih 25 tahun. Meski memiliki gangguan komunikasi sosial (social communication disorder), dia nampak cukup cekatan dalam menjalankan aktivitasnya seperti saat mencangkul atau mengairi tanaman. Rio adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. 

Ayahnya bekerja sebagai guru dan petani, begitupun juga ibunya. Rio sejak kecil mendapatkan pendidikan dari sekolah luar biasa di daerah tersebut. Memiliki orangtua dan lingkungan yang mendukung bagi tumbuh kembangnya, menjadikan Rio sebagai pemuda difabel yang mandiri dan teladan.

Hari-hari Rio banyak membantu orangtuanya di ladang yang saat itu sedang musimnya tanam bawang putih. Rio dipercaya untuk menangani pengairan dan membantu saat panen. 

Menurut orangtuanya, Rio adalah anak yang rajin, meski begitu dia tidak boleh sampai kelelahan karena itu akan mengganggu emosinya. Karena saat emosinya sedang tidak baik, dia cenderung akan lebih agresif.

"kadang kalau dia mau sesuatu, tetapi kita gak paham apa maksudnya, dia pasti akan marah-marah, dan ya udah kita biarkan saja sampai tenang sendiri" Tutur ibunya saat berbincang santai di gubuk tepi sawahnya.

Sambungya, pernah saat Rio sedang marah, dia merusak tanaman yang ada di depannya. Tetapi, mereka hanya bisa membiarkannya saja sampai dia kembali tenang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline