Lihat ke Halaman Asli

Pelatihan Pembukuan Sederhana dan Literasi Internet untuk mendukung Proses Belajar Mengajar dan Mendukung Kesiapan Teknologi

Diperbarui: 6 September 2022   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Beberapa masalah seputar pendidikan yang sering dihadapi di tanah air kita adalah pertama, adalah dana pendidikan (Rahmadani, 2020).  Biaya pendidikan baik itu di sekolah formal maupun informal yang meliputi properti dan fasilitas seperti buku, alat tulis, seragam, dan transportasi seringkali tidak dapat dijangkau oleh kalangan yang tidak mampu. 

Kedua, adalah minimnya bahan belajar dan mengajar. Murid seharusnya menerima buku pelajaran dan lembar latihan dilengkapi dengan perpustakaan atau bahan belajar gratis untuk mendukung proses pembelajaran. 

Bahan belajar gratis seharusnya diserahkan ke wilayah-wilayah yang masyarakatnya kurang  mampu untuk memperolehnya. Selain itu Guru juga memerlukan bahan ajar yang berkualitas dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan tidak ketinggalan zaman. Jika materi yang digunakan sudah ketinggalan zaman maka kegiatan belajar tidak akan maksimal. 

Hal ini akan berpengaruh pada proses penyerapan ilmu oleh para murid. Ketiga, adalah kualitas tenaga pendidik menjadi faktor penentu kualitas akhir dari peserta didik. 

Berdasarkan Global Education Monitoring (GEM) Report (2016) Badan dari UNESCO, pendidikan di Indonesia menempati urutan ke-10 dan urutan terakhir untuk kualitas guru dari 14 negara berkembang. 

Keempat, selain fasilitas yang berkaitan dengan ruang belajar dengan segala isinya seperti papan tulis, meja, kursi, perkakas laboratorium, atau alat elektronik harus tersedia secara memadai dan tidak boleh rusak. 

Dan  yang tidak kalah pentingya  lagi adalah fasilitas yang berkaitan dengan kemajuan teknologi. Guru dan murid sekarang dapat menggunakan teknologi secara digital untuk mengajar dan belajar Meskipun demikian tidak semua murid dapat memanfaatkannya, karena tidak semua murid berasal dari kalangan  mampu. Hal inilah  merupakan fokus masalah yang perlu menjadi perhatian dari pemerintah.

Dusun Banjar Melati berbatasan dengan Kota Mojokerto. Tepatnya di Desa Lengkong, kecamatan Mojokerto. Lokasi dari wilayah Desa tersebut berdekatan dengan bantaran sungai brantas, wilayah tersebut sebenarnya tidak sulit dijangkau. Kendaraan roda empat dan roda dua pun bisa menjangkaunya. 

Meski kampung Lengkong mudah dijangkau dengan kendaraan karena jaranya ke Jalan raya yang relatif dekat. Masyarakatnya pada awal mulanya masih mempunyai pola pikir yang primitif, sebab sebelum tahun 2000-an banyak yang berpandangan bahwa setelah lulus Sekolah Dasar sebaiknya berkeluarga saja. 

Namun mendekati era diatas tahun 2000-an pola pikir tersebut berubah. Pandangan berpikir bahwa setelah lulus Sekolah dasar sebaiknya berkeluarga sudah ditinggalkan, artinya setelah lulus sekoalh dasar banyak yang melanjutkan ke tingkat sekoalah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Walaupun tidak banyak yang dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. 

Mungkin hanya 1-2 orang saja yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidkan tinggi, itupun terbatas pada masyarakat sebagai pendatang saja. Untuk masyarakat lokal masih jarang sekali. Hal ini dapat terlihat dari kondisi pendidikan di kampung ini sudah tergolong baik sebab hampir sebagian besar anak usia sekolah di sana diarahkan untuk bersekolah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline