Lihat ke Halaman Asli

Kidung Para Marginal

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kembali di pangkuan malam, bersama renungan para kaum urban. Ku dengar disetiap sudut rintihan para marginal yang tertidas, mengalun sendu diantara gelak tawa kekuasaan yang rakus. Mereka terkapar tak berdaya, berperang melawan kebohongan dan kepalsuan bersama lapar. Merekalah kaum marginal selalu menahan air mata agar terlihat tegar, namun terlalu sulit mendustakan perasaan. Masih dipangkuan malam, hiruk pikuk para marginal silih berganti berjalan bersama detik detik waktu menuju suatu harapan yang mustahil tuk didapatkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline