Lihat ke Halaman Asli

Lovers dan Haters

Diperbarui: 22 September 2015   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua kata ini sangat tidak asing ditelinga kita, dua kata ini yang membuat kita berkelompok-kelompok. Biar  bukan selebritis, saya pun merasakan dan mengalaminya, bahkan sempat terpengaruh juga. Awal kejadian ini  karena pemilu kemarin, saya dengan bulat mendukung jokowi, baru kali ini saya menyalurkan hak suara saya dari sekian tahun hidup di Indonesia. Saya yakin akan pilihan saya karena hati yang menuntun, dengan pede yang tinggi saya menulis untuk pertama kalinya di forum kompasiana ini, ini tulisan saya 

http://www.kompasiana.com/dodieku/alasan-sederhana-saya-memilih-jokowi_54f7070da33311ab1d8b46b7   

saya memproklamirkan diri sebagai pendukung jokowi. Saya pun mencuba mempengaruhi orang yang saya kenal agar mendukung jokowi, baik di dunia maya maupun nyata, tapi bukan relawan loh hanya pengembira.

Dari hal itu, awal saya merasakan dimana teman-teman didunia maya maupun nyata mulai berubah sikap. Saya pun juga merasakan hal yang sama, ketika beberapa teman dengan tanpa sensornya menulis status di blackberry nya dgn kata-kata cacian, makian yang dialamatkan kepada jokowi (beberapa saya capture utk file pribadi) yang sangat tidak pantas, saya mengenal teman-teman ini pribadi yang asik semua, tapi ketika itu berubah, seperti orang yang tidak mengenal sekolah, tidak mengenal tata krama, semua hantam kromo. Sebagai info,teman-teman di Blackberry Massager saya adalah teman-teman yang memang orang-orang terpilih, dan saya kenal, karena memang saya menganggap mereka asik semua dan pantas dianggap teman.karena kejadian itu dimana caci maki,hina,an jadi status mereka sehari-hari, dengan sangat terpaksa saya pun mengakhiri pertemanan itu, delcon jalan terakhirnya. Tidak itu juga di media sosial seperti di facebook pun terjadi seperti ini, berseliweran cacian, makian, link – link hoax semua jadi sarapan setiap hari, sedih melihatnya, dan saya pun mulai terpenggaruh menjadi lover dan hater. Teman yang dulu suka makan bareng, kumpul bareng kini mereka menghindar, padahal saya mengagap pemilu ini sebagai pesta politik, saya menganggap mereka kawan, tapi apa daya mereka menghindar. Mengindar karena pilihan politik beda duhh.. Dan sampai sekarang hal ini terpelihara oleh mereka-mereka, tetap menghindar untuk sekedar kumpul, bersenda gurau. Kerena politik kami tercerai berai, tapi bersukur karena demokrasi di indonesia sudah saya anggap telah matang, dimana perbedaan politik tidak membuat pertumpahan darah, hanya pertumpahan kata-kata saja..hehehe.

Lover dan haters sekarang makin merajalela, sedikit berbeda, langgsung menajadi haters, kenapa temans? Apakah hidup kita sedangkal itu menyikapi perbedaan?tidak kah kita dapat berbesar hati menerima perbedaan? Republik ini berdiri bukan dari satu golongan saya tapi berbagai macam golongan. Kita sekarang “hanya”menikmati kue kemerdekaan ini. Saya sangat bersyukur hidup di indonesia tercinta ini, dimana perang saudara tidak ada, nun jauh disana, banyak pengungsi yang terusir dari tanah air mereka kerena perang.banyak anak-anak kehilangan orang tua, saudara,teman karena perang. Tuhan..semoga engkau selalu melindungi Indonesia ini.

Dapatkah kita menghapus Lover dan Hater ini di hati kita?jika kita sudah bisa menghapusnya saya yakin kita akan dapat selalu tertawa bahagia, selalu dapat memiliki teman dimana saja. Yakin lah teman jikalau Lovers dan Haters itu sudah hilang dihati kita, kita akan slalu dapat mendoakan satu sama lain untuk kebaikan..saya sudah melakukannya....

Saya berharap di kompasianan ini kelompok lover dan hater hilang secara berangsung-angsung, karena menurut saya banyak ruginya dari untung nya, mari menyikapi perbedaan dengan santun, adu argumen dengan indah, tanpa kata-kata cacian makian, tampa ancaman,apabila ada yang salah ringan untuk mengucapkan permohonan maaf, saya yakin warga kompasiana akan damai dan tentram.

 

Palembang, 22 September 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline