Beberapa waktu yang lalu sejumlah media massa memberitakan Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia Prabowo Subianto tertarik untuk membeli jet tempur buatan industri pertahanan salah satu negara Eropa yaitu Perancis. Berbagai ulasan mengenai rencana pembelian dan spesifikasi jet tempur tersebut telah mengemuka ke ruang publik hingga saat ini meski rencana tersebut masih terus dikaji karena terkait dengan keputusan politis straregis pertahanan jangka panjang, terlebih pada saat ini telah santer terdengar bahwa jet tempur Sukhoi Su-35 asal Rusia telah dipilih untuk menggantikan sejumlah armada jet tempur F-5 Tiger TNI-AU yang akan dipensiun.
Wacana pembelian jet tempur dari negara Eropa membuka wawasan publik mengenai jet-jet tempur yang telah dikembangkan oleh negara-negara Eropa, karena selama ini alutsista kekuatan udara Indonesia sebagian besar adalah buatan Amerika Serikat (AS) atau Rusia.
Kita mungkin sudah familiar dengan nama jet tempur varian Mig dan Sukhoi asal Rusia, atau jet tempur F-5 Tiger, dan F-16 asal AS. Sementara nama-nama jet tempur asal Eropa seperti: Rafale (Perancis), Eurofighter Typhoon (dibuat oleh konsorsium 4 negara Eropa Barat) dan Gripen (Swedia) yang akan dibahas dalam tulisan ini masih terdengar agak asing bagi publik Indonesia.
Sebagai tambahan informasi, era mesin jet dimulai ketika pada masa akhir Perang Dunia II di palagan Eropa. Angkatan Udara Jerman Luftwaffe berhasil mengoperasionalkan teknologi jet pada pesawat tempur jet pertama mereka Messerschmitt Me-262. Messerschmitt Me-262 memiliki kecepatan yang jauh lebih cepat dari pesawat pemburu tercepat yang dimiliki Sekutu kala itu yang masih menggunakan teknologi piston baling-baling.
Namun kehadirannya di medan perang Eropa sudah sangat terlambat dan teknologi baru tersebut tidak mampu mengubah jalannya pertempuran hingga pada akhirnya Jerman menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu pada tahun 1945. Setelah Perang Dunia II berakhir, negara pemenang perang seperti Amerika dan sekutunya mengembangkan teknologi mesin jet tersebut dan melahirkan pesawat jet tempur yang semakin canggih dari waktu ke waktu, perkembangan jet tempur pun dibagi ke dalam beberapa generasi dari generasi ke-1 hingga yang paling mutakhir saat ini, generasi ke-5.
Salah satu negara Eropa yang mengembangkan jet tempurnya secara mandiri adalah Swedia. Melalui industri pertahanannya SAAB (Svenska Aeroplan Actiebolag), Swedia memiliki jet tempur Gripen atau yang juga dikenal dengan nama JAS-39 Gripen yang sudah mengusung teknologi canggih sebagai bagian dari pertahanan negerinya.
Pada tahun 2015 yang lalu Swedia pernah menawarkan Jet tempur Gripen kepada Indonesia ketika Indonesia berencana mencari jet tempur baru sebagai pengganti sejumlah armada jet tempur TNI-AU yang akan dipensiunkan.
Dalam artikel karya jurnalis Abraham Utama (Cnn Indonesia, 2015) yang berjudul "Saingi Sukhoi, Swedia tawarkan Jet Tempur ke Indonesia" dan artikel karya jurnalis Dicky Christanto (The Jakarta post, 2015) yang berdudul "SAAB Offers Solution for RI Defense Ambitions” , diulas mengenai keseriusan Swedia dalam menawarkan proposal kontrak kerja sama pengadaan jet tempur Gripen untuk Indonesia.
Jet tempur Gripen memiliki beberapa keunggulan fitur yang mampu bersaing dengan jet-jet tempur asal AS, Rusia atau negara-negara Eropa lainnya. Generasi terbarunya, Gripen varian E/F (Gripen Next Generation) sebentar lagi akan memasuki dinas operasional dan mengusung kecanggihan teknologi generasi jet tempur 4+. Berikut 5 Fakta tentang jet tempur Gripen buatan industri pertahanan SAAB Swedia:
1. Jet tempur Gripen adalah tekad mandiri Swedia dalam Pengadaan Alutsistanya