Lihat ke Halaman Asli

Tinggal di Tempat Kumuh?

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagiku salah satu alasan, mungkin yang paling mendasar, kenapa setiap orang harus mencintai negerinya adalah karena negerinya itu telah memberinya pijakan kaki untuk hidup. Tidak mungkin manusia hidup tanpa pijakan. Tidak betah tinggal di negeri yang bobrok, berkata “Untuk apa aku mencintai negeri yang tidak dapat membuatku maju” dan ingin pindah ke negeri lain yang lebih baik, silakan saja. Di negeri yang baru itu, orang tersebut tetap harus mencintai negerinya (lagi) karena di sana ia meletakkan kakinya.

Ask not what your country can do for you Ask what you can do for your country - John F. Kennedy

Meskipun negeri Anda tidak memberikan apa-apa, menurut Kennedy, Anda tetap harus memberikan sesuatu tanpa mempertanyakan “Kenapa negeriku pelit sekali?” Negeri Anda telah memberikan pijakkan kaki, lalu apa yang telah Anda berikan? Mencintai negeri dapat berarti memberikan nilai tambah bagi negeri supaya yang buruk menjadi baik dan yang sudah baik menjadi semakin baik.

Jika “Negeri” saya persempit menjadi suatu kawasan atau daerah tempat tinggal, perihal memberi nilai tambah menjadi rumit. Sewaktu saya menunggu surat tugas (untuk pergi ke Kalimantan) saya tinggi di bantaran sungai, tepatnya di Kelurahan Rawaterate Kec. Cakung RT 04 RW 06. Bukan saya menghina/tidak suka dengan tempat itu, saya sangat bersyukur mendapat tumpangan, tetapi bantaran sungai bukan tempat berizin dan umumnya adalah daerah kumuh. Apa yang dapat saya lakukan untuk tempat tinggal saya? Apakah saya harus melakukan perbaikan di sana-sini dengan mengabaikan bahwa bantaran sungai merupakan daerah yang memang disediakan bila air sungai meluap ataukah saya harus menyadarkan masyarakat untuk pindah?

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Jalan menuju tempat tinggal"] [/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Berhenti di sini, rumahnya ada di sebelah kanan"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana yang terlihat dari teras"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Beberapa langkah dari teras, seberang tempat tinggalku"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Sungai di depan rumah (arah hulu)"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Sungai di depan rumah (arah hilir)"]

[/caption]

Kalau memang langkah yang benar adalah langkah yang terakhir, jangan salahkan bila ada pihak yang mengusir mereka yang telah bersusah payah bertahan hidup kemudian (langsung) menuduh pihak tersebut tidak memperhatikan mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline