Lihat ke Halaman Asli

Doddy Salman

pembaca yang masih belajar menulis

Nomadland: Harga Diri Seorang Gelandangan

Diperbarui: 26 April 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

youtube.com

Hollywood kembali membuktikan tema apapun dapat diproduksi menjadi tontonan menarik. Bahkan menceritakan gelandangan hilir mudik pun meraih Oscar, penghargaan bergengsi dunia film.Film garapan sutradara Amerika-Asia Chloe Zhao merebut tiga kategori mulai film terbaik, aktris utama terbaik dan  sutradara terbaik.

Amerika adalah Nomadland. Daratan tempat kaum pengembara. Pengembara di sini pleonasme untuk kaum tuna wisma. Bahasa populernya gelandangan.Di negara super power seperti  Amerika para homeless  alias gelandangan berjumlah 1,5 juta jiwa. Ini catatan 2014 lho. Pandemi Covid-19 yang merebak sejak tahun lalu dipastikan membuat jumlah gelandangan naik.

amazon.com

Film ini berdasarkan  buku dengan judul yang sama karya Jessica Bruder, seorang jurnalis.  Untuk menulis Nomadland ia membutuhkan waktu 3 tahun dengan menjelajah Amerika.Dikisahkan Fern, seorang perempuan usia enampuluhtahunan yang terpaksa bergelandang bersama mobil van kesayangannya menyusul kematian suami dan bangkrutnya pabrik tempat ia bekerja karena resesi nasional tahun 2008.

Fern bekerja di mana saja. Restoran, Amazon, taman bermain. Pokoknya semua tempat yang mau menerima lansia berusia 60 tahunan. Fern menolak dirinya Homeless. Ia hanya Houseless. Tak punya rumah. Sedangkan home ia miliki yaitu van putih yang juga sudah jompo.

Fern bukan tidak memiliki keluarga. Adiknya juga mengajak untuk ikut bersama. Namun ikut bersama adik dan suaminya yang tidak senang kepada dirinya adalah suatu pelecehan. Harga diri Fern adalah segalanya. Ketika van putihnya mogok dan harus masuk bengkel dengan biaya ribuan dolar Fern meminjam uang adiknya. Meminjam alih-alih meminta.

Menjadi gelandangan bermobil membuat Fern dapat berkumpul bersama para gelandangan lainnya. Mereka mengikat diri dalam kebersamaan:sama-sama pengembara. Bersama menari dan bernyanyi di suatu padang pasir beratap langit.

Film durasi satu jam 47 menit ini sebetulnya lambat penceritaannya. Namun gambar-gambar yang tampil sungguh menggugah. Akting Frances McDormand memukau dengan wajahnya yang berusaha terus tegar. Ketrampilan mengungkap emosi Fern memang pantas membuat sutradara Nomadland  Chloe Zhao meraih sutradara terbaik.

Yang membuat iri dari film ini adalah bagaimana sebuah negara sebesar Amerika dapat memperkerjakan lansia dengan mudah. Amerika sepertinya paham bahwa membatasi kesempatan orang bekerja adalah bagian dari rasisme. Karena seperti suku, usia tidak bisa dipilih. Sementara di banyak negara faktor usia menjadi dominan menyingkirkan kesempatan seseorang bekerja. Lihatlah lowongan kerja yang tersedia. Faktor usia menjadi pertimbangan penting. Mungkin itulah sebabnya Nomadland cuma ada di Amerika Serikat saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline