Lihat ke Halaman Asli

Doddy Salman

pembaca yang masih belajar menulis

Anies dan Pembagian Daging Kurban

Diperbarui: 14 Agustus 2019   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Kreatifitas unsur penting kepemimpinan.Jadi kalau ada pemimpin yang kreatif kita harus dukung. Persoalannya kreatifitas juga perlu tempat yang sesuai. Tak bisa asal kreatif. Mungkin itu dasar pemikiran yang harus menjadi patokan saat kita membaca "kreatifitas" Gubernur DKI Anies Baswedan membagikan daging kurban bintang lima 5000 boks yang telah dimasak. "Hari ini masakan akan dirasakan status ekonomi rendah. Semoga jadi catatan pahala,"ucap Anies (detik.com).

Kreatifitas Anies menjadi persoalan karena menyangkut suatu aktivitas ibadah bernama Pemotongan Kurban. Aktivitas ini rangkaian besar Hari Idul Adha, suatu kegiatan yang berlangsung satu tahun sekali. Hari Idul Adha disebut juga Lebaran Haji karena bersamaan dengan penyelenggaraan ibadah haji di tanah suci.

Setiap aktivitas ibadah tentunya punya aturan dan ketentuan berdasarkan syariat agama. Begitu juga dengan ibadah pemotongan kurban. Mulai dari syarat hewan kurban hingga masyarakat yang berhak menerima juga sudah ditentukan. Surat Al-Hajj ayat 36 menyebutkan : "Makanlah sebagian dari daging kurban, dan berikanlah kepada orang fakir yang tidak minta-minta, dan orang fakir yang minta-minta."

Kreatifitas Anies membagikan daging kurban yang sudah matang menjaid persoalan. setidaknya ada tiga persoalan.

1. Persoalan keagamaan

Apakah boleh membagikan daging kurban dalam bentuk sudah diolah menjadi makanan siap makan? Kalaupun memang boleh seharusnya pelaksanaannya harus sudah ada "fatwa" sebagai pembenaran. Jadi sebagai umaro Anies tidak bisa bertindak juga sebagai ulama dengan alasan kreatifitas. Jangan sampai fatwa sekedar pembenar tindakan. 

Alasan Saudi Arabia membagikan daging dalam bentuk kemasan tentu tidak bisa langsung dibenarkan. Situasi Indonesia jelas berbeda. Di Saudi jumlah daging yang akan dibagikan lebih banyak daripada mereka yang berhak menerima. 

Sehingga perlu dilakukan upaya agar daging tetap segar ketika dibagikan.Sebaliknya di Indonesia jumlah mereka yang berhak menerima (fakir miskin) lebih banyak daripada daging yang akan dibagikan.

2. Persoalan Kemerdekaan

Membagikan daging kurban dalam bentuk makanan siap saji tentunya menghilangkan kemerdekaan para penerima. Para penerima pada dasarnya memiliki hak menentukan apa yang harus dilakukan terhadap daging pembagia kurban tersebut. 

Apakah akan diolah menjadi makanan? Apakah akan dijual ke tukang daging? Atau akan disimpan? Apapun pilihan terhadap daging kurban adalah kemerdekaan penerima daging. Bukan ditentukan oleh panitia atau pemberi daging.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline