Lihat ke Halaman Asli

Doddy Salman

pembaca yang masih belajar menulis

Fahri Hamzah, Garbi, dan Parpol

Diperbarui: 2 Agustus 2019   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber.com

Rencana Fahri Hamzah mendirikan partai politik (parpol) baru menarik untuk disimak.Fahri seperti diketahui bersama Anies Matta menjadi inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia atau Garbi. 

Rencana mengubah Garbi menjadi parpol adalah bagian dari hak konstitusional yang dilindungi UUD 1945 pasal 28. Tentunya kita semua menghormati hak konstitusional tersebut. Pertanyaannya apakah dampak  pendirian Partai Garbi bagi masyarakat Indonesia?

Secara pasti pendirian partai Garbi akan berdampak pada catatan jumlah partai politik yang berdiri setelah reformasi. Situs Wikipedia mencatat sejarah ledakan jumlah parpol  setelah era reformasi. Tahun 1999 pemilu pertama setelah Soeharto tumbang diikuti oleh 48 parpol. Tahun  2004 pemilu diikuti 24 parpol. 

Tahun 2009 parpol yang ikut pemilu naik menjadi 38 parpol ditambah parpol lokal di Aceh. Sedangkan pemilu 2014 diikuti 12 parpol dan 3 parpol lokal di Aceh. Sedangkan pemilu terakhir tahun 2019 diikuti 16 parpol dan 4 parpol lokal di Aceh.

Ini baru parpol peserta pemilu. Masih banyak parpol yang tidak dapat ikut pemilu karena tidak lolos syarat administratif. Tahun 2019 ini pemilu menerapkan sistem parlementary threshold yaitu persyaratan agar parpol dapat duduk di DPR yaitu mendapat minimal 4% suara. Sehingga makin sulit untuk masuk DPR.

Pendirian Garbi juga menjadi catatan bahwa orang Indonesia lebih senang mendirikan parpol baru daripada berkutat saling sikut di parpol lama. Parpol baru sebagian besar pengurusnya adalah orang lama di tiga parpol: Golkar, PDI-P dan PPP. Pendirian Garbi mencatat para mantan pengurus PKS sebagai sumber pengurus parpol baru.

Hal ini berbeda dengan Amerika misalnya. Partai politik besar cuma didominasi oleh Partai Republik dan Partai Demokrat. Keduanya bergantian bergantian berkuasa. Sulit didengar adanya pengurus satu parpol pindah ke parpol lain (demokrat ke republik atau sebaliknya). Jika ada yang muncul adalah calon independen tanpa parpol untuk ikut pemilu presiden. 

Di amerika keanggotaan parpol seperti penganut agama. Suka tidak suka ia tidak akan pindah ke parpol lain. Beda dengan Indonesia. Parpol seperti tempat bekerja. Siapapun sah saja pindah dari parpol satu ke parpol lainnya.

Parpol di Indonesia juga punya ciri khas sangat kuat bergantung dengan figur. SBY dengan partai Demokrat, Megawati dengan PDI-P, Prabowo dengan Gerindra adalah contoh betapa figur begitu penting dalam institusi parpol. 

Padahal ciri khas partai modern adalah harus bergantung kepada organisasi dan konstituenya (para pemilih). Mungkin PKS dan kini Golkar yang relatif tetap stabil meskipun berganti pimpinannya.Artinya figur sudah bukan hal yang utama dalam parpol.

Keorganisasian parpol modern juga dapat diprediksi siapa penerus pimpinanya. Di Inggris sudah menjadi tradisi jika pimpinan parpol kalah dalam pemilu maka terjadi pergantian pemimpin parpol. Di Indonesia tradisi ini belum terlihat walau sudah 4 kali pemilihan presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline