Siapakah yang paling populer di dunia maya antara Jokowi, Prabowo dan Anies Baswedan? Tanpa mengklik mbah google orang mungkin sudah yakin bahwa Jokowi akan menduduki posisi paling populer. Kedudukan Jokowi sebagai presiden yang sedang menjabat memungkinkan sorotan mata pewarta berita menghadirkannya di layar kaca atau surat kabar. Belum lagi tulisan pendukung dan juga pembencinya di media sosial. Namun dengan tingkat kepopuleran tertinggi apakah otomatis pemilik suara alias voter pasti memilih Jokowi sebagai Presiden RI 2019-2024?
Pertanyaan ini penting untuk dijawab dan dijelaskan menyusul gencarnya ajakan untuk tidak membahas, mengirim beritanya di media sosial, bahkan menulis kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di status media sosial (FB,Twiter dll). Diharapkan dengan tidak membahas, mengirim berita bahkan menulis Anies Baswedan maka popularitasnya akan turun. Anies akan tenggelam dalam mesin pencari google. Bahkan untuk menghindari kata Anies-Sandi dimunculkan kata baru Gabener dan Wagabener sebagai pengganti kata gubernur dan wakil gubernur.
Untuk menjelaskan permasalahan ini marilah kita tengok sebuah model komunikasi yang kerap digunakan orang-orang yang berkecimpung di dunia marketing. Model itu disebut AIDA. Akronim dari Attention, Interest, Desire dan Action. Di Indonesia AIDA populer juga dengan AIDDA dengan D terakhir adalah Decision. AIDA dalam dunia pemasaran dikembangkan oleh Elias St.Elmo Lewis di akhir tahun 1800. Model ini menjelaskan 4 tahap yang dilalui seseorang sebelum mencapai keputusan untuk membeli. Dengan kata lain agar sebuah produk sukses dalam pemasarannya (dibeli orang) maka proses ini harus dilalui.
Proses pertama yang harus dilewati adalah Attention.Perhatian. Artinya sebelum diperhatikan harus diketahui dahulu. Bagaimana mau diperhatikan jika tidak diketahui? Perhatian adalah bentuk kesadaran bahwa sesuatu/seseorang diketahui.Istilah marketingnya adalah awerenes.Populer. Memasyarakat. Jumlah pencarian google adalah kuantifikasi dari Attention atau perhatian. Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) mempopulerkan banyak tempat wisata baru. Di antaranya Gereja Ayam.
Setelah diketahui maka proses selanjutnya adalah dikenal. Informasi tambahan yang lebih rinci. Lokasi Gereja Ayam itu di mana ya? Oh ternyata di Magelang Jawa Tengah.Sebetulnya Gereja Ayam yang lebih dahulu populer adalah Gereja Ayam Pasar Baru Jakarta. Bangunan peninggalan kolonial Belanda dibangun awal tahun 1900.Namun Cinta dan Rangga menghadirkan "Gereja Ayam" yang baru. Cinta dan Rangga membuat Gereja Ayam Magelang lebih dikenal. Inilah tahap Interest.Tak sekedar diketahui namun dikenal.Gereja Ayam diketahui lebih rinci.
Bentuk bangunan unik Gereja Ayam menarik untuk lokasi swafoto dan wefie. Belum lagi di dekatnya ada lokasi bernama Punthuk Setumbu yang memukau kala sang surya menyapa pagi dari balik candi Borobudur.Gereja Ayam, Punthuk Setumbu dan Borobudur bisa dikunjungi dengan pergi ke Yogyakarta. Kota wisata nomer dua setelah pulau dewata. Selain wisata mata maka wisata perut pun terpenuhi. Kesemuanya mendorong keinginan untuk pergi berwisata bersama orang tercinta. Tahap ini disebut Desire. Hasrat.
Pergi melancong tentunya harus dipersiapkan matang. Kapan, di mana menginap, transportasi apa yang digunakan menjadi pertimbangan. Yang paling penting tentu biaya. Selain juga kesehatan . Seluruh pertimbangan ini akan melahirkan tindakan. Pergi atau tidak pergi. Inilah tahap final. Inilah Action.
Model AIDA dapat diterapkan juga dalam politik. Produknya adalah para calon pejabat publik. Pemilik suara (voter) adalah sasarannya. Setiap calon pejabat publik yang ingin terpilih harus memperhatikan 4 tahap ini. Popularitas adalah pintu awalnya. Inilah jawaban mengapa para artis seperti mudah untuk menjadi anggota legislatif. Popularitas sudah dipegang. Attention bahkan Interest sudah mereka miliki. Tinggal menebar Desire agar Action terjadi.Meskipun bukan menjadi jaminan. Kegagalan Rano Karno, Andre Taulani adalah bukti pesohor tak menjamin keterpilihan.
Dengan model AIDA ini maka ajakan untuk tidak mempopulerkan, dengan tidak menulis nama dan memposting berita di media sosial, Gubernur DKI Anies Baswedan tidaklah beralasan. Anies tetap akan populer. Saat ini mesin pencari google bahkan mengindikasikan Anies lebih populer dari pada Prabowo. Hal ini beralasan karena Jakarta adalah ibu kota. Media massa nasional berkedudukan di ibu kota. Semua gerak gerik pemimpin Jakarta adalah berita. Siapapun namanya.Jangan berharap layar kaca, surat kabar dan siaran berita radio tidak membincangkan seorang Gubernur DKI Jakarta. Gubernur DKI pastilah populer.
Kepopuleran memang berdaya magis tinggi. Sejak Joko Widodo sukses meloncat menjadi Presiden RI posisi Gubernur DKI Jakarta menjadi seksi. Blusukannya diliput media massa dalam dan luar negeri.Dengan kesuksesan Jokowi menjadi mitos baru kancah politik Indonesia. Posisi Gubernur Jakarta adalah pintu menuju Medan Merdeka Utara.
Kini pintu itu ada di hadapan seorang Anies Baswedan. Hingga kini tidak ada pernyataan definitif ia akan nyapres di 2019. Tidak ada pula pernyatan tegas untuk menolaknya.Namun pidato politik usai dilantik, yang belakangan heboh dengan kata pribumi", sangat presidensil daripada sekedar Gubernur. Bandingkan dengan pidato Jokowi kala menjabat gubernur DKI yang lebih teknis.Bicara kepada warga Jakarta. Pidato Anies seperti klarifikasi kepada masyarakat Indonesia bahwa dirinya kini sudah ada di depan pintu menuju Merdeka Utara.