Lihat ke Halaman Asli

Kontes Kecantikan Berbikini, Dimana Letak Kesalahannya?

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Subuh saya terbangun, seperti biasa, bangun tidur langsung kekamar mandi, ternyata istri saya sedang berada didalamnya, keluar kamar maksudnya mau menuju kamar mandi yang lain. Karena saya pakai celana pendek,mau sholat harus pakai sarung, saya samber sarung yang saya kerudungkan dikepala sambil berjalan menuju kamar mandi dibelakang.  Ketika saya melewati depan pintu kamar pembantu, secara bersamaan pembantu membuka pintu kamarnya, melihat saya yang berkerudung sarung, mungkin saya dkira dedemit, dia lari ditempat, jatuh lemas.  Wah...mau sholat dikira dedemit sama pembantu saya. Dikira dedemit karena memang saya tidak biasa menggkerudungkan kain sarung dikepala. Kalau kita pergi dataran tinggi Dieng biasa kita temui orang berkerudung sarung untuk menghangatkan tubuh, juga kalau kita pergi ke daerah Nusa Tenggara, banyak kita jumpai orang memakai kerudung sarung ala ninja untuk menahan sinar matahari. Cara berpakaian akan menjadi aneh kalau tidak sesuai dengan situasi dan tempatnya, pakaian wayang untuk di pentas pertunjukan dipakai jalan2 di Mall, kalau tidak dikira tukang ngamen, mungkin dikira orang gila. Belakangan di Kompasiana banyak memuat artikel tentang putri Indonesia, menjadi kontroversi karena harus tidak berjilbab atau harus berbikini. Ini kan persoalan aturan main kontes yang umum didunia, kalau harus berjilbab tentunya tidak bisa ikut kontes seperti itu. Kita mau ikut kontes tetapi tidak boleh ikut aturanya,  aneh memang kalau penyelenggara kontes bersedia mengikuti kemauan kita. Pastinya penyelenggara kontes akan berkata, kalau tidak mau ikut aturan kami, silahkan bikin sendiri kontes yang pakai jilbab. Giliran kita bikin kontes yang berjilbab, tidak menarik perhatian. Nanti alasannya klise, kurang promosi padahal sesungguhnya tidak ada sponsor. Setiap tahun Indonesia ikut kontes kecantikan dunia, begitu putri kita masuk nominasi, banyak pujian diterima, padahal dalam kontes tersebut putri kita itu harus ikut sesi berbikini ria.  Tidak diributkan karena namanya disebut bakal mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Sebetulnya, kalau kita lihat dari perilaku bangsa kita memandang kontes kecantikan tersebut, menunjukkan kita tidak punya sikap yang konsisten, mestinya harus ada sikap tegas, dilarang atau diperbolehkan ikut kontes2 an seperti itu. Dari pada kita dinilai sebagai bangsa yang tidak punya pendirian. Terlepas dari pro kontra tersebut, berbicara tentang moral dan etika, kalau kita melintas di jalan Hayam Wuruk jakarta pada malam hari, terang2an para wanita berpakaian seksi melambai-lambaikan tangannya, begitu juga kalau kita dari bogor kearah Ciawi, sejak sore hari kita bisa lihat pemandangan yang sama. Semua diam kecuali satpol PP yang sering melakukan razia dan itupun tidak dapat menghilangan pemandangan perempuan2 berpakaian seksi. Dalam konteks tersebut diatas, dengan mendasari sikap masayarakat kita terhadap pemakaian jilbab  sebagai gambaran wanita terhormat dan adanya prostitusi yang tidak dapat dihapuskan di depan kita, tidaklah berlebihan kalau dikatakan masyarakat kita mempunyai moto berbuatlah sesuka hati asal jangan dilihat orang. Begitu juga dengan masalah bangsa yang lainnya, walaupun kita tahu banyak terjadi korupsi, karena tidak terlihat itulah para pelakunya banyak yang merasa aman2 saja, tidak bakal diributkan. yang diributkan adalah korupsinya, bukan pelakunya, faktanya memang demikian. Marilah kita melihat segala sesuatu secara proporsional, bagaimana menciptakan diri kita sebagai manusia yang beretika dan bermoral sangat tergantung dari sudut pandang kita sendiri. Mempersoalkan pemakaian bikini pada kontes kecantikan tentunya bukan sikap yang bijak karena aturan itu adalah aturan pihak lain, harus kita hormati, jika kita tidak setuju, seharusnya tidak perlu ikut kontes2an. Tetapi  juga kita tidak dapat melarang bangsa kita ikut kontes seperti itu karena bagaimanapun keberhasilan memenangi kontes tersebut tidak membuat nama bangsa ini menjadi buruk dimata internasional. Mungkin dapat dijadikan renungan kita bersama, Putri Indonesia jauh lebih bermoral dari pada yang sembunyi2, tidak memakai jilbab atau berbikini hanya sandiwara panggung yang harus diikuti agar tidak tersisih dalam pergaulan dunia. Dan kita harus percaya, setiap sholat, wanita Indonesia masih memakai mukena.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline