Lihat ke Halaman Asli

Mesin Politik Harus di Overhoul

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13484036671546011832

http://creativealwayson.blogspot.com/2012/09/mesin-politik-harus-di-overhoul.html

Vini Vidi Vici! Mungkin inilah slogan yang tepat atas Kemenangan Jokowi – Ahok. Pendatang baru dari daerah yang paling disambut dan paling cepat meraih mimpi sukses gemilang menaklukan kota Jakarta. Lawannya bukan sembarang. Hampir semuanya berkedudukan jabatan lebih tinggi dan sudah berpengalaman menjadi gubernur.

Ibarat pacuan mobil Formula 1, Jokowi – Ahok pesat melaju paling depan sejak lap pertama dan hanya ditempel “ketat” oleh juara bertahan. Memasuki lap ke dua, dengan pantas dan elegan melaju sampai ke garis finish. Sebagaian besar penonton baik yang berada di lokasi live maupun mayoritas yang diluar arena bersorak sorai menyambut juara baru. Bagi warga Jakarta yang mayoritas adalah pendatang dari jawa, figur Jokowi – Ahok menjawab keinginan bagi perubahan Jakarta yang lebih baik dan juga seakan – akan mewakili impian, harapan dan semangat semua warga urban untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di Jakarta. Sebuah pesan motivasi yang indah.

Sudah banyak artikel yang mengulas faktor – faktor yang menjadi sebab kemenangan mereka. Yang paling menarik adalah, sebagian besar warga Jakarta memilih Jokowi Ahok bukan karena melihat dan mempertimbangkan mesin politik atau partai politik yang mendukungnya. Salah satu pelajaran penting bagi “pabrikan” mesin politik saat ini adalah: sudah saatnya mesin politik digiring ke bengkel dan melakukan overhoul (turun mesin).

Biasanya kalau mobil harus turun mesin, karena ada tanda – tandanya. Tentu yang paling baik adalah kemampuan untuk mendeteksi kelemahan dan kerusakan dari membaca tanda – tanda sedini mungkin. Mekanik yang baik tentu akan mencari tahu penyebab dari kelemahan dan penyimpangan tersebut, dan akan tahu kapan mesin harus diservice ringan, berat hingga tindakan turun mesin. Mari kita lihat kenapa mesin politik memang sudah waktunya masuk bengkel dan turun mesin.

1. Performance yang sudah tidak meyakinkan. Mesin politik yang lemah sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi publik, lamban pergerakannya, tidak mampu lagi berjalan jauh dalam menjalankan amanah karena fungsi utamannya yang seharusnya mampu memberi tumpangan kepada orang banyak, kini hanya melayani kepentingan golongan saja.

2. Performance yang lemah biasanya karena mesin sudah banyak kerusakan. Kerusakan satu part akan menjalar ke part mesin yang lain, sehingga jika kerusakan tersebut sudah sistemik, maka tidak ada lagi tindakan penyelamatan selain turun mesin. Kalau tetap dipaksakan tentunya akan membahayakan. Tanda – tanda yang paling jelas adalah banyaknya kebocoran sana sini, setiap bagian dari sistem sudah kotor tidak pernah dibersihkan. Lama – lama menumpuk, maka akan terjadi mapet, aus dan karatan. Kalau sudah begitu tinggal tunggu overheat dan DUAARRR meledak.

Sebagaimana sebuah mesin, setelah mengetahui tanda – tanda kerusakannya, maka harus dicari tahu penyebabnya. Biasanya sih penyebabnya tidak jauh – jauh dari soal kelalaian. Lalai merawat, membersihkan, check, evaluasi dsb. Tanda – tanda yang lain biasanya karena memang kendaraan sudah over size, over limit, terlalu lama dipakai, terlalu jauh jarak tempuh dan perbaikan atau pergantian spare part tidak bisa dilakukan karena sudah ketinggalan teknologinya. Spesifikasinya sudah tidak lagi sesuai dengan sikon dan medan tempuh yang tentunya semakin sulit dan rumit.  Memang sudah waktunya di ganti.

Implikasi dari turun mesin Cuma dua, melakukan perbaikan total dengan memakan waktu, energi dan biaya yang pastinya besar. Atau ganti mesin baru. Ganti mesin juga harus jeli dan berdasarkan pengalaman. Jangan – jangan memang harus ganti mesin dengan teknologi yang lebih baru. Kalau kata toko spare part, tukar saja dengan merek baru yang lebih up to date, harganya tidak mahal, tidak boros biaya dan teknologi yang mumpuni. Mereknya apa ko Ahok? Pilih saja People Power Engine, jangan pake lagi Party Power Engine, udah ketinggalan zaman! Dijamin deh Everyone Happy.

Melakukan perubahan memang tidak mudah. Tapi bagi orang yang waras, perubahan lah yang dicari dan diharapkan. Pesan “Perubahan” inilah yang saat ini paling trending dan menjadi senjata sakti kemenangan dalam politik. Mulai dari Obama, Pak SBY hingga kemenangan Jokowi membuktikan mesin politik sudah tidak trendy lagi dalam mengikuti keinginan zaman. Kita masih ingat pada pil pres 2004, Citra perubahan yang diusung Pak SBY dan Partai Demokrat dapat mengalahkan koalisi partai yang mengusung Megawati – Hasyim Muzadi. Begitu juga kemenangan pasangan “under dog” Achmad Heryawan – Dede Yusuf (HADE) pada pilgub 2008 di Jawa Barat. Tinggal kita doakan dan kita dukung, semoga tidak ada aral merintang, janji perubahan gubernur baru kita ini dapat diwujudkan dan berjaya. Sekian dulu sampai disini, tulisan berikutnya akan segera di rilis setelah iklan yang satu ini:

Mau kendaraan anda laju dan digemari?

Pakailah merek mesin People Power !

Brought to you by Rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline