Lihat ke Halaman Asli

Doddi Ahmad Fauji

Jurnalis Mandiri, penulis puisi, aktivis tani ternak

Puisi dan Hukum Pantul

Diperbarui: 26 September 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada sutu malam, kopi hampir habis, lalu aku bertaanya, puisi apa itu menurut-mu?

Puisi adalah:
1. karya sastra --- normatif
2. tempat main-main --- tidak sungguh-sungguh
3. sikap hidup --- rada arogan
4. ibadah --- pura-pura takwa
5. pengalaman --- mungkin
6. karma --- bisa jadi

Seseorang menjawab:

Puisi adalah
kebanyakan tulisan (doang)

Aku jelaskan:
Bisa apapun, mengaku apapun

Tapi begini:
Energi tak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan, manusia hanya bisa mengkonversi (mengalihkan). Dalam mengkonversi energi, maka akan berlaku hukum pantul: Sudut datang sama dengan sudut pergi. Dalam bahasa relegi, puisi adalah karma, pahala, darma
Barangsiapa menanam biji tomat ia akan memanen tomat. Di mana tempatnya, dari biji jenis tomat sayur apa tomat apel, atau dari yang lainnya? Maka itulah yang akan dipanen, menurut hukum pantul.

Barangsiapa menanam biji tomat, jangan berharap panen cabe

Barangsiapa menggampangkan, ia akan dianggap gampangan
Barangsiapa sungguh-sungguh, ia akan sampai

Sesungguhnya kita semua bebas dan merdeka, mau apapun, hanya saja, kita dibatasi oleh keterbatasan dan atau ketidakmampuan kita, bahkan kebebasan kita berhadapan dengan kebebasan orang lain.

Anda bebas menamparku, dan aku bebas membalasnya!

Lalu buat apa menulis puisi, apa hanya buang-buang waktu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline