“Kami akan bangun kembali godam dari reruntuhan dan kerangka harapan Keyakinan yang menyaingi semua manual langitan Esok akan terlalu terlambat, hari ini atau tidak sama sekali!”
(Tantang Tirani – Homicide)
[caption id="attachment_62891" align="alignleft" width="300" caption="sawah terhampar di cianjur-google"][/caption]
Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu kabupaten di propinsi Jawa barat, mempunyai letak yang sangat strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menghubungkan Ibukota Propinsi Jawa Barat, Bandung, dan Ibukota Negara Republik Indonesia, DKI Jakarta. Kota tauco ini akan segera melaksanakan hajatan akbar Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang kedua. Jalan- jalan di Kabupaten dengan wilayah seluas 350.148 Ha. atau 10,12% dari luas total wilayah Propinsi Jawa Barat ini mulai semarak dengan berbagai spanduk atau baliho sosialisasi (belum disebut kampanye, karena peserta belum resmidiumumkan oleh KPUD), dari para calon yang akan berjibaku.
Kabupaten dengan wilayah yang cukup luas ini , APBD Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 adalah hanya sebesar Rp. 1,1 trilyun, dengan kontribusi Pendapatan Asli Daerahnya hanya berkisar Rp. 300 milyar. Sisanya berasal dari bantuan Pusat dan Propinsi dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dari Rp. 1 trilyun APBD ini, berkisar Rp 600 milyar (60%) digunakan untuk belanja operasi dan hanya Rp 4 milyar (40%) saja untuk belanja modal. PAD ini cukup kecil jika dibandingkan dengan Kab. Purwakarta yang hanya mempunyai wilayah 97.172 ha.
Gerakan Pembangunan Berahlakul Kharimah (Gerbang Marhamah) telah dijadikan Perda pada tahun 2006 tepatnya Perda No. 3 Tahun 2006 tentang Gerbang Marhamah, Perda ini lahir takkan luput dari sosok Ir. H. Wasidi Swastomo, M.Si. Maklum saja gerakan perbaikan moral masyarakat ini lahir atas gagasannya di awal memangku jabatan sebagai Bupati Cianjur periode 2001-2006. tetapi sepertinya setelah Bupati berganti, Gerbang Marhamah ini seperti tak terdengan gaungnya, padahal yang bertanggung jawab atas terlaksananya Perda ini adalah Bupati. Lalu seperti apa Pemimpin yang dibutuhkan Cianjur lima tahu kedepan. Pemimpin yang bisa membawa kemajuan dengan bingkai Gerbang Marhamah?
Sepertinya Cianjur membutuhkan pemimpin yang bisa mengadopsi gaya pemimpin Vladimir Putin, Presiden Rusia yang bisa mengembalikan Kejayaan negaranya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun. Dengan mayoritas masyarakat yang masih tradisional, Cianjur membutuhkan pemimpin yang berdasarkan pada common sense, akal sehat. Hal-hal yang berbau tahayul dan mitos-mitos yang masih melingkupi dan menghambat pembangunan harus terus dikikis. Pemimpin yang datang dari kalangan akademisi sepertinya cocok untuk yang satu ini.
Akal sehat saja tidak cukup. Pemikiran berdasarkan logika harus dibingkai oleh moral. Pemimpin harus memberi contoh dengan integritas moral yang baik serta tidak terkait dengan dosa-dosa pemerintahan sebelumnya. Jelas dibutuhkan pemipmpin baru diluar yang pernah bercokol di jajaran eksekutif maupun legislatif kabupaten Cianjur.
Sebagai kota santri, Cianjur tidak membutuhkan pemimpin yang hanya relijius tetapi juga memiliki dan manjalankan nilai-nilai spiritual. Menjalankan agama tidak hanya sebatas simbol-simbol semata, tetapi lebih pada substansi beragama, Pemerintahan harus dijalankan berorintasi pada akhlak dalam pembentukan karakter, bukan sekedar pada hukum, dengan garis perjuangan bersifat sosial untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan kelompok apalagi keluarganya semata.
Dengan ketiga prinsip diatas, Bupati mendatang bisa mengambangkan segala potensi yang dimilki Cianjur untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Cianjur.
Semoga Pilkada Cianjur 2011 menjadi awal bangkitnya Cianjur menuju masyarakat yang sejahtera dan berakhlakul karimah.
Saatnya Cianjur bangkit, hari ini atau tidak sama sekali !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H