Lihat ke Halaman Asli

Norma Kehidupan Obrolan dengan Gerson Poyk

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jalan Tengah

(Obrolan Sore dengan Gerson Poyk)

By : Fanny J.Poyk

Banyakargumentasi bermunculan pasca penyerbuan Ahmadiyah maupun gereja-gereja di Temanggung, Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu. Pendapat itu ada yang pro, kontra, bersimpati bahkan antipati. Semua sah-sah saja, demokrasi untukberpendapat, beragama, harusnya memang berjalan sesuai irama hidup dan kehidupan itu sendiri. Urusan dengan Tuhan hanya Tuhan yang tahu, urusan dengan manusia menjadi masalah personal yang memiliki tingkat kepercayaan yang sulit diukur.

Unsur kepentingan di dalamnya banyak bermain. Demokrasi moral baik itu dari sudut pandang agama, politik, pertemanan atau yang lainnya, pada akhirnya kembali kepada kita, kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita lebih benar dari yang benar? Apakah kita suci dari yang yang suci? Apakah kita berhak mengadili orang lain, berhak mengadili keyakinan orang lain? Berhak mengadili perilaku orang lain? Berhak mengatakan yang ini salah dan yang ini benar? Jika ‘ya’ itu tandanya kita adalah manusia yang paling benar dari yang benar, jika ‘tidak’ kita masih bisa bertoleransi dan masih dapat mengoreksi diri sendiri bahwa di dunia ini kita tidak sendiri, di dunia ini Tuhan menciptakan beragam ras, beragam keyakinan, beragam kegembiraan, dan beragam penderitaan. Di dunia ini kita adalah kita, yang membaur bersama keberagaman kita…

Tiga Tokoh dan Tembok Absurd

Menurut Gerson Poyk, di dunia ini ada tiga tokoh dalam panggung kehidupan. Yang pertama kesadaran kita untuk mau menyatukan diri dengan dunia di luar diri kita; dan penyatuan diri ini tampaknya tidak mungkin serta sangat kontradiktif. Tokoh kedua adalah kontrakdiksi, sedang tokoh ketigakemustahilan.

Karena ketiganya merupakan sesuatu yang mustahil untuk dijalankan secara bersama-sama, maka muncul tokoh baru yang disebut disebut absurditas,tepatnya tembok atau dinding absurd. Jika kita membunuh salah satu dari tokoh itu, maka kehidupan tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan, jika kita membunuh kendala-kendala absurd yang muncul dari keabsuran itu sendiri, kita akan membunuhsemuanya, dalam tindakan itu, tidak lagi terdapat tarian moral.

Untuk mengatasi kendala itu, ada yang membunuh dirinya sendiri, misalnya orang yang putus cinta dengan meminum baygon, atau dengan berperang. Jika kendala itu tidak bisa teratasi juga, maka jalan yang akan diambil adalah sebuah revolusi, dan orang tersebut akan membunuh orang. Untuk menghindari semua itu, diperlukanlah jalan tengah, “Ya, kita memerlukan akrobat moral.” Katanya.

Gerson Poyk mencontohkan seperti olahraga sepak bola, di dalam olahraga itu terdapat banyak kendala. Namun berkat kesatuan tim yang solid yang terlibat di dalamnya, maka kendala yang tercipta bisa diatasi melalui kerjasama. “Jadi olahraga sepakbola merupakan guru besar dalam dalam kehidupan kita.” terangnya. Selanjutnya, ia berpendapat, jalan tengah yang diperlukan harus dituntun oleh hati nurani. Meski bermain bola saling sikut dan saling tendang, namun tetap bermoral, tidak saling membunuh.

Di Indonesia, persoalan antara agama yang satu dengan agama yang lainsangat kontradiktif. Untuk mengatasinya kita harus mengadakan pemberontakan moral, caranya dengan cinta kasih,hati nurani, juga dengan akal sehat dan taktik-taktik jitu secara teratur sepanjang tidak membunuh orang dan tidak bunuh diri. Itulah yang disebut dengan filsafat politik atau moral rebel, seperti yang terdapat di dalam buku Albert Camus.

Dalam bukunya, Albert Camus melukiskan kejengkelannya dengan orang-orang beragama yang melakukan loncatan iman, bagi mereka masa depan sorga itu lebih berharga daripada hidup sekarang ini yang diberikan Tuhan. Dari kejengkelannya ini, membuat dirinya gondok, pada akhirnya ia tidak lagi memercayai akhirat.

“Saya tidak setuju dengan pendapat Camus itu, saya punya harapan pada kehidupan akhirat sepanjang kita percaya oleh cinta kasih yang diberikan Tuhan kepada kita di dunia ini.Sekali lagi, jalan destruktif yang ada sekarang ini, yaitu dengan membunuh orang, itu adalah jalan yang salah. Yang harus dilakukan adalah dengan cara mengambil jalan tengah atau moderation. Harus dilakukan pemberontakan moral, sehingga tidak membunuh orang dan tidak bunuh diri.” Tegasnya.

Bunuh diri itu bermacam-macam, ada bunuh diri secara individual, bunuh diri secara historis atau historical suicide. Dalam konteks kehidupan beragama, kita diajarkan untuk menyebarkan cinta kasih antar sesama manusia. Hidup beragama pun harus balance, manusia tidak hanya hidup dengan bersembahyang saja dan tidak mengurus sisi kemanusiaannya. Jika itu dilakukan, maka itulah yang disebut dengan loncatan iman. Loncatan iman akan berbahaya jika manusia hanya berpikir ke satu arah, tanpa mau melihat sisi yang lain, sebab dalam hidup, segala hal yang kitahadapi penuh dengan kendala.

Sekarang tinggal kita memilih, mau melakukan loncatan iman dengan konsuekuensi yang harus dihadapi, mau bunuh diri secara individual, mau historicalsuicide, atau mau menyebarkan cinta kasih antar sesama manusia? It depends on you




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline