Lihat ke Halaman Asli

DNA Hipotesa

Kajian Ekonomi oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi IPB University

Masuknya Omicorn ke Indonesia, Bagaimana Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia?

Diperbarui: 6 Februari 2022   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi belum sepenuhnya berlalu, kasus dari varian baru kerap terjadi seperti varian Delta dan kini muncul salah satu varian baru lainnya, yakni Omicron. Gejala yang ditimbulkan oleh pasien varian Omicron ternyata menunjukkan gejala yang tidak biasa dan berbeda dari yang diperlihatkan penderita Covid-19 sebelumnya. Batuk atau kehilangan indera perasa dan penciuman (anosmia) ternyata tidak ditemukan pada penderita Omicron

Gejala yang ditemukan biasanya ringan seperti kelelahan dan tenggorokan yang gatal. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Albert Boula, CEO Pfizer, dengan indikasi gejala yang ringan dikhawatirkan virus varian Omicron ini dapat menyebar dengan cepat dan mengalami banyak mutasi.

Indonesia tidak terlepas dari penyebaran varian Omicron. Setelah melakukan pemeriksaan asal muasal transmisinya ke Indonesia, Kementerian Kesehatan mendapati kasus pertama varian Omicron dialami oleh salah satu warga negara Indonesia yang baru saja tiba dari Nigeria. 

Penemuan kasus pertama ini menurut Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid merupakan fungsi dari adanya karantina khususnya bagi mereka yang melakukan perjalanan dari luar negeri. 

Melalui karantina ini petugas kesehatan dapat memantau dan mengobservasi jika terkonfirmasi kasus positif, lalu segera melakukan tracing. Data harian yang dirilis oleh tim Satgas COVID-19 per tanggal 5 Februari 2022, mendata sebanyak 33.729 orang terkonfirmasi kasus positif COVID-19 baru. 

Hal inilah yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan regulasi baru yang memperketat mobilitas masyarakat sehingga memberikan dampak di beberapa bidang, khususnya dalam sektor ekonomi.

Pemerintah melalui Bank Indonesia memperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan mencapai 4.7 -- 5.5% dari 3.2 -- 4.0% pada tahun 2021. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini dipacu oleh keberlanjutan perbaikan ekonomi global yang berdampak terhadap ekspor yang tetap kuat, serta adanya peningkatan permintaan domestik dari kenaikan konsumsi dan investasi. 

Namun, ditemukannya varian Omicron pada pertengahan Desember 2021 dinilai akan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2022. Hal tersebut disebabkan oleh varian Omicron yang terus meningkat setiap harinya serta diikuti oleh peningkatan Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit.

Disamping itu, sebelum varian Omicron masuk ke Indonesia, Pemerintah R1 memproyeksikan inflasi Indonesia di tahun 2022 melonjak ke kisaran 3% (yoy). 

Hal tersebut disampaikan oleh direktur Riset BRI Research Institute Anton Hendranata yang menyampaikan bahwa optimisme pemulihan ekonomi dan tren lonjakan inflasi global akan turut menggerakkan inflasi domestik yang meningkat di tahun 2022 dan diperkirakan bisa menyentuh 2.8 -- 3.3 persen (yoy). 

Meskipun demikian, pemerintah terus waspada terhadap faktor-faktor tapering, supply disruption, dan administered price agar tingkat inflasi tetap terjaga dengan mempertimbangkan secara hati-hati faktor yang bisa mempengaruhi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline