Lihat ke Halaman Asli

Siwalan, Berkah Si Tanah Merah

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon Siwalan berbaris

Menginjakkan kaki di Tuban, kesan pertama pastilah "panas sekali". Ya, Tuban memang terkenal panas. Terutama di beberapa hari terakhir. Apabila menempuh perjalanan dari Surabaya, begitu masuk kawasan Pakah, anda akan dibuat panas oleh hutan jati. Jenis pohon yang meranggas di musim kemarau. Tampak kering. Menjelang masuk kota Tuban. Desa Tunah namanya, bagian dari kecamatan Semanding. Maka, pemandangan hutan jati akan berganti dengan jenis pohon menjulang mirip pohon kelapa yang tumbuh di atas tanah merah. Pohon siwalan namanya. Ada yang menyebutnya ental atau lontar. Pohon ini memang hanya tumbuh di jenis tanah yang secara geologi tersebar memanjang di pesisir pantai Jawa hingga Madura. Pohon siwalan (kebunsiwalan.blogspot.com)

Siwalan (Borassus flabellifer L.)adalah tanaman jenis palma yang banyak tumbuh di daerah pesisir yang beriklim panas dan kering dengan hembusan angin laut yang sedikit kuat. Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso dan beberapa daerah sepanjang pantai utara (pantura) Pulau Jawa, adalah daerah endemik pohon Siwalan. Melintas di sepanjang jalan desa Tunah ini, anda akan mendapati warung berjajar yang menjajakan minuman khas Tuban. Legen dan Tuak. Legen atau Tuak ini sebenarnya adalah air nira yang keluar dari pohon Siwalan melalui tangkai tandan bunga yang dipotong atau diiris atau disadap atau dideres. Tangkai tandan bunga ini lah yang dalam bahasa orang Tuban disebut dengan wolo. Ngunduh tetese wolo berarti memungut tetesan nira dari tangkai tandan bunga yang disadap. Nira siwalan sendiri memiliki komposisi nutrisi yang kompleks. Total gula 10.93 g/100cc, gula reduksi 0.96 g/100cc, protein 0.35 g/100cc, Nitrogen 0.056 g/100cc, pH 6.7-6.9 g/100cc, Mineral sebagai abu 0.54 g/100cc, Kalsium sedikit, Fosfor 0.14 g/100cc, Besi 0.4 g/100cc, Vitamin C 13.25 mg/100cc, Vitamin B1 3.9 IU. (Davis and Johnson, 1987 dalam simonbwidjanarko.wordpress.com) Kedua jenis minuman tadi adalah produk dari nira pohon siwalan. Rasa es legen yang khas mungkin adalah penawar bagi panasnya suhu kawasan ini. Segar sekali. skan tetapi, jangan main-main dengan Tuak. Tuak terkenal memabukkan. Ada banyak cara menikmatinya. Terutama kaum adam. Kebanyakan mereka duduk lesehan di bawah rindangnya pohon pinggir jalan. Sembari bertukar cerita, mereka akan minum setenggak dua tenggak tuak. Bukan dengan gelas meminumnya, tapi dengan "centak". Gelas yang terbuat dari bambu. Meskipun memabukkan, cara menikmati tuak seperti ini di Tuban bebas dilakukan beramai-ramai.

Menikmati tuak Tuban (k-imam.blogspot.com)

Masih ada lagi produk dari si pohon siwalan. Buah siwalan itu sendiri. Buah ini mirip kelapa. Sembunyi rapi dalam batoknya. Butuh energi lebih untuk menikmati isinya. Buahnya agak bulat, bergaris tengah 7 – 20 cm, ungu tua sampai hitam, pucuknya kekuningan. Buah berisi 3 bakal biji. Daging buah muda warna putih kaca/transparan, daging buah dewasa/tua warna kuning kemudian berubah menjadi serabut. Buah siwalan merupakan sumber karbohidrat berupa sukrosa, glukosa dan air. Kadar protein dan lemaknya sangat rendah dibawah 1%, serta sedikit serat.

Batok buah siwalan (eastjava.com)

Buah siwalan siap olah (jelajah-nesia.blogspot.com)

Buah siwalan yang cenderung berwarna bening agak putih banyak dimanfaatkan untuk es siwalan. Dengan banyak kreasi tentunya. Es dawet siwalan, Es pandan siwalan, espandan siwalan, es siwalan gula merah dan lain-lain. Semuanya nikmat. Tekstur buah siwalan yang kenyal tapi empuk memberi sensasi yang berbeda. Rasanya mirip kelapa (degan). Akan tetapi lebih manis dan ada asem-nya sedikit. Harus dicoba sepertinya. Mau es legen yang segarnya selangit? Tuak yang memabukkan? Atau es siwalan yang sensasional? Jangan segan mencoba kala melintasi kota Tuak ini.

Tak ada salahnya jika Siwalan ini perlu dimasukkan dalam agenda wisata kuliner anda. Atau dimasukkan dalam agenda jelajah gizi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline