Pernahkah kalian berpikir, kemanakah larinya sampah-sampah elektronik yang kalian buang?
Sampah elektronik (e-waste) merupakan barang-barang elektronik yang telah mencapai akhir masa pakainya, yang mencakup berbagai jenis peralatan, mulai dari telepon seluler, komputer, televisi, hingga peralatan rumah tangga seperti kulkas dan mesin cuci.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, jumlah sampah elektronik terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Menurut data dari Global E-waste Monitor (2020), dunia menghasilkan sekitar 53,6 juta metrik ton sampah elektronik, dengan angka ini diperkirakan akan terus meningkat.
Hanya sekitar 17,4% dari e-waste tersebut yang didaur ulang dengan benar, sementara sisanya sering kali berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar di tempat terbuka.
Tingkat daur ulang yang rendah ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya infrastruktur pengolahan e-waste yang memadai, terutama di negara-negara berkembang.
Bahaya bagi Lingkungan
Sampah elektronik mengandung berbagai bahan kimia beracun seperti merkuri, timbal, kadmium, dan brominated flame retardants. Ketika sampah tersebut tidak dikelola dengan benar, bahan-bahan berbahaya ini dapat merembes ke dalam tanah dan mencemari sumber air bersih.
Di beberapa negara berkembang, e-waste sering kali dibakar secara terbuka untuk mengekstraksi logam berharga seperti emas dan tembaga.
Proses pembakaran ini melepaskan polutan udara beracun, termasuk dioksin dan furan, yang menyebabkan masalah kesehatan serius seperti kanker dan gangguan pernafasan.
Dampaknya bagi Manusia