Oleh : Ir. Dony Mulyana Kurnia ( *DMK* ) - Ketua Umum DPP Barisan Islam Moderat ( *BIMA* )
Tahun 2023, adalah tahun politik tensi 200 derajat celcius, dengan mainstream demokrasi sistem PT 20%. Siapapun elit politik, mulai memaksimalkan kapital politisnya untuk mempertahankan dan atau merebut kekuasaan di tahun 2024, tidak terkecuali manuver seorang King Maker bernama Surya Paloh.
Sangat menarik mengamati manuver Surya Paloh dalam menghadapi perhelatan pilpres 2024, terlihat mempunyai kapasitas politis di atas rata-rata di banding tokoh-tokoh politis yang ada sekarang ini.
Rumus pasti politik, tidak akan berubah hingga kiamat, apapun koridor yang di pakai, terlebih sistem demokrasi, selalu mengangkat seni kemungkinan tentang siapa mendapat apa ? sehingga hal ini memastikan tiada kawan dan lawan yang abadi, tapi yang pasti adalah kepentingan abadi.
Manakala rezim Jokowi membunuh habis oposisi, dengan terakhir mamasukkan PAN ke dalam kabinet, otomatis oposisi yang tersisa tinggal Demokrat dan PKS yang angkanya jika dijumlahkan tidak sampai PT 20%, sehingga oposisi mandul dan tidak bisa mencalonkan presiden.
Namun secara tidak terduga, Surya Paloh bersama Nasdemnya, melakukan manuver politik dua kaki dengan merangkul Demokrat dan PKS melalui kartu truff Anies Baswedan, yang segera di ambil Surya Paloh untuk mempertahankan eksistensi Nasdem, yang memang tidak mempunyai figure untuk capres.
Manuver ini membuat decak kagum semua pengamat politik, betapa tidak, dengan kejeliannya Surya Paloh mampu membuat sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Pulau pertama Nasdem jadi punya figure capres, dan pulau kedua Nasdem mampu mengikat Demokrat dan PKS melalui figure Anies menjadi koalisi perubahan, dan tercapailah syarat PT 20%.
Tentu saja manuver Surya Paloh ini membuat Jokowi Galau, dan Megawati beserta PDIP nya kebakaran jenggot. Serangan keras dari PDIP terus beruntun menuntut reshufle kabinet, untuk menendang semua unsur Nasdem dari kabinet yang di anggap menghianati koalisi pemerintahan. Namun tentu saja Jokowi tidak gegabah mengamini apa yang di desak PDIP, karena Surya Paloh membuat barier rasionalitas politik dua kakinya yang sulit di patahkan, baik oleh rezim maupun oposisi.
Kehati-hatian Jokowi terlihat dari secara khusus mengutus LBP untuk menemui Surya Paloh di London, yang hampir pasti membicarakan situasional politis dua kakinya Surya Paloh dan Nasdem. Pertemuan London ini, berfungsi menjembatani kerenggangan antara Jokowi dan Surya Paloh akibat deklarasi Anies menjadi Capres Nasdem dan termasuk terbentuknya koalisi perubahan yang notabene oposisi.
Dari pertemuan London, terlihat Jokowi pun mulai kalah set dengan kartu dua kaki yang dimainkan Surya Paloh. Rencana resuffle kabinet pada Rabu pon dibatalkan, dan bahkan Jokowi mengadakan pertemuan khusus dengan Surya Paloh selama satu jam dua puluh menit. Untuk mendorong dan mengamini gerakan Rabu Pon Surya Paloh.
Setelah pertemuan dengan Jokowi, terlihat Surya Paloh sumringah dengan membuat manuver lanjutan, menugaskan tim khusus Nasdem mengunjungi sekber koalisi Gerindera dan PKB, dilanjutkan dirinya sendiri pada Rabu Pon, mengunjungi Golkar yang di sambut hangat Airlangga Hartarto. Sinyalemen Rabu pon ini sangat kental terjadi deal-deal politik pilpres 2024, yang akan di mainkan hingga detik terakhir alias politik dagang sapi. Bagaimana sapi bisa di jual paling mahal memang pada detik terakhir. Drama detik terakhir akan terus menjadi kepo seluruh rakyat Indonesia, termasuk pola Megawati yang menyandera Ganjar Pranowo, tentunya hingga detik terakhir pendaftaran di KPU, indikasinya agar Ganjar lumpuh dan tetap menjadi Vote Getter capres mahkotanya PDIP, siapa lagi kalau bukan Puan Maharani. Indikasinya golden boy Ganjar Pranowo sudah di setting Mega, untuk diberikan ganjaran Mendagri, jika Puan menang jadi capres.