Lihat ke Halaman Asli

Karena Vitafem Free Me… Dewi Menaklukkan Mereka

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Aku mengenalnya sebagai Dewi, si perempuan tangguh. Kekuatannya terakui juga oleh bos kami. Hingga menempatkannya sebagai manajer lapangan. Beda dengan posisiku yang memeras otak untuk merumuskan Planning diatas kertas. Dewi hanya mengikuti acuan planning produksi yang kubikin.

Entah apa yang menjadi jurus ampuhnya dilapangan. Yang jelas, Planning Produksi yang kubikin selalu selesai tepat waktu. Dari proses pra produksi sampai Container meninggalkan gerbang pabrik tempat kami bekerja.

Pabrik manufaktur tempat kami bekerja bukan berbasis teknologi. Tapi murni padat karya. Seutuhnya berurusan dengan tangan manusia. Barang yang dihasilkan harus tersentuh tangan Dewi satu per satu. Ditambah masalah tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Semua pekerja lapangan mempunyai keterampilan kerja karena bakat turun temurun dari keluarganya. Praktis kondisi di lapangan menuntut kerja ekstra karena pekerja yang berbasis “Nyeni” seperti ini terkenal sulit diatur. Pemalas, emosional, tak suka birokrasi dan sederet perilaku jelek lainnya. Semua itu terjadi karena tingkat pendidikan mereka rendah.

Makanya aku acungi jempol pada Dewi karena berhasil menundukkan pekerja-pekerja “Ajaib” itu. Ditangan Dewi, semuanya beres…res..res…

Hanya, Dewi juga terinfeksi virus “Ajaib” bawahan-bawahannya ketika menginjak tanggal 10 setiap bulannya. Selama seminggu penuh, dia membuatku pusing tujuh keliling. Planning yang kubuat selalu berakhir dengan kekacauan. Dewi menjadi pemarah, ingin menang sendiri, pekerjaannya jadi “semau gue”. Yang Happy tentu saja bawahan-bawahannya. Mereka bertepuktangan melihat aku dan Dewi bertengkar hebat soal proses produksi dilapangan.

Setelah bertengkar hebat begitu. Biasanya Dewi mendiamkanku selama beberapa hari. Pasang muka cemberut sepanjang hari. Bahkan tak mau masuk ruanganku. Dia memilih bergaul dengan sesama bawahan-bawahannya yang “Ajaib” itu. Dulu aku sempat tersinggung dengan “Keajaiban” sikapnya. Tapi setelah itu aku cuek saja. Karena seminggu kemudian, Dewi pasti datang meminta maaf.

Dari keterangannya, selama seminggu itu Dewi sedang PMS. Dia memiliki gejala Dysmenorrhea (Menstruasi yang menyakitkan) kalau berada pada masa Menstruasi. Dysmenorrhea biasanya dihubungkan dengan naiknya kadar kimia alami di dalam tubuh saat ovulasi, yang menyebabkan rasa sakit. Hal ini disebabkan Kelainan reproduksi, endometriosis, atau fibroids.Gejala dysmenorrhea termasuk rasa sakit pada punggung bagian bawah atau kaki, kram perut, atau sakit pada tulang panggul. Kelainan menstruasi ini dapat menunjukkan ketidaksuburan.

Bila masa-masa itu terjadi, Dewi biasanya menerapkan kiat khusus untuk meminimalisir penderitaannya. Minimal dia masih bisa memenuhi kewajibannya sebagai karyawan tanpa emosi yang meledak-ledak. Kiat-kiat itu antara lain :


  • Memperbanyak asupan cairan untuk menghindari dehidrasi. Kekurangan cairan akan membuat nyerinya semakin terasa. Dewi selalu minum air hangat untuk meningkatkan aliran darah ke daerah panggul.
  • Meminum ramuan air jahe. Caranya, rebus beberapa potong jahe yang telah dimemarkan dalam air lalu meminum air jahe dalam keadaan hangat.
  • Kalau nyerinya lagi menghebat, Dewi mengompres perut bagian bawah dengan handuk hangat.
  • Pantang minum kopi. Diganti dengan minum air teh beraroma mint yang hangat. Tidak minum minuman bersoda/beralkohol. Menghindari asap rokok. Membuat pikiran relax dan tidur cukup.
  • Melakukan stretching setiap pagi sebelum mandi.


Belakangan ini Dewi mulai bisa ramah saat masa Menstruasinya. Usut punya usut, rupanya dia telah menemukanVitafem Free Me.Kapsul cantik yang mengandung mengandung fraksi bioaktif DLBS1442 yang berasal dariPhaleria macrocarpa.

Makanya, belakangan ini kami jadi tak pernah bertengkar meski Dewi sedang PMS. Tak perlu adu mulut mempertahankan argument masing-masing di depan para pekerja. Hingga mereka tak bisa bertepuk tangan lagi.

Aku ngakak saat salah seorang bawahan Dewi protes karena tak dapat menyaksikan show gratis pertengkaran kami lagi. Meski hanya gurauan, tapi tak urung membuatku jadi berfikir. Pemikiran lugu dan sederhana seperti inilah yang mungkin membuat Dewi begitu menyayangi bawahan-bawahannya. Hingga Dewi berhasil menaklukan mereka !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline