Ada hadist yang familiar yaitu "Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni" (HR Baihaki)
(meski menjadi perdebatan tentang keshahian hadist ini) Sebagian orang menganggap bolehnya menghabiskan waktu siangnya dengan tidur berlama-lama. Padahal yang dimaksud adalah jika tidurnya dalam rangka menghindari dari perbuatan yang sia-sia atau maksiat, maka itu bisa jadi ibadah. Tapi kalau tidurnya hanya untuk menghilangkan kepayahan, mengulur waktu menunggu waktu buka, itu indikasi menyia-nyiakan waktu dan keberkahan Ramadhan itu sendiri.
Puasa di bulan Ramadhan saatnya menyemai pahala sebanyak-banyaknya dengan mengoptimalkan amal dan ibadah, melakukan aktivitas positif tentu lebih baik daripada tidur
Jangan sampai puasa dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, apalagi digunakan untuk tidur yang berlebihan. Puasa hanya menahan lapar dan dahaga saja tapi melewatkan waktu untuk ibadah yang lain.
Berkaca dari teladan kita, Rasulullah SAW, justru puasa itu sebagai momen untuk perjuangan mencapai kemenangan. Di perang Badar dan peperangan lain yang terjadi di bulan Ramadhan. Bahkan kemerdekaan RI dirayakan pada saat bulan Ramadhan dan dalam keadaan berpuasa.
Maka bijaklah dalam menyikapi hal ini, lebih baik kita melakukan aktivitas kerja dan aktifitas amal yang produktif daripada tidur. Karena kerja itu sendiri adalah bagian daripada ibadah yang jika dilaksanakan di bulan Ramadan, tentu pahalanya akan lebih banyak lagi daripada tidur.
#Bundew, 11 - 04 - 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H