Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Masyarakat Numismatik Indonesia Menjual Benda Numismatik di Mal Artha Gading

Diperbarui: 30 November 2024   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koin Indonesia, suvenir dari PCGS (Dokpri)

Dunia numismatik Indonesia boleh dibilang selalu bergeliat. Di satu pihak, muncul berita atau tayangan yang menyesatkan atau hoaks. Bayangkan, koleksi yang berkondisi jelek dan masih banyak di pasaran, ditayangkan oleh orang-orang 'kurang waras' berharga jutaan rupiah.

Di lain pihak, ada berbagai event atau kegiatan yang bersifat mencerahkan. Salah satunya bertajuk Indonesia Numismatic Show (INS). Kegiatan itu diselenggarakan oleh Masyarakat Numismatik Indonesia (MNI), organisasi yang dibentuk sejumlah kolektor mata uang dengan tujuan positif.

Kegiatan INS sudah tiga kali dilakukan. Ketiganya berlangsung di Mal Ciputra, Jakarta. Baru kali ini INS ke-4 berpindah ke Mal Artha Gading, Jakarta Utara. Sebenarnya kegiatan INS ke-4 mulai dibuka pada Jumat, 29 November 2024. Namun saya baru punya waktu ke sana pada Sabtu, 30 November 2024. Minggu, 1 Desember 2024 kegiatan INS akan ditutup pukul 22.00.

Kegiatan INS diikuti 68 booth. Belasan booth berasal dari sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, Filipina, dan Rusia. Selebihnya berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Kegiatan INS dibuka pukul 10 pagi dan ditutup pukul 10 malam, sesuai jam buka mal. Sebagian besar diisi penjualan benda-benda numismatik, baik penjualan langsung di beberapa booth maupun secara lelang dan konsultasi numismatik.

Sejumlah booth dalam kegiatan Indonesia Numismatic Show (INS) ke-4 (Dokpri)

Murah meriah

Ada banyak benda numismatik dijual di pameran. Selain uang kertas dan uang logam (koin) dijual pula berbagai jenis album. Terlihat banyak pengunjung pemula membeli berbagai koleksi yang tergolong murah meriah. Sepengamatan saya ada yang mengeluarkan uang Rp 100.000 tetapi dapat banyak koleksi uang kertas dan koin. Ini tentu benda jauh dengan berita atau tayangan yang tidak masuk akal bahwa harga sebuah koleksi mencapai jutaan rupiah.

Pembeli mancanegara banyak memburu koleksi dari Indonesia. Maklum, duit mereka lebih tebal daripada kita. Selain koleksi biasa, mereka juga membeli koleksi yang sudah di-grading, termasuk koleksi yang tergolong Specimen. Cukup mahal koleksi-koleksi seperti itu.  

Perusahaan jasa grading mancanegara ikut dalam kegiatan INS. Saya sempat mendatangi booth PCGS dari Hongkong. Bahkan ketemu dengan bossnya, Jackie. PCGS adalah singkatan dari Professional Coin Grading Service. Beruntung saya dapat dua sample koin 10 Sen (1957) dan 25 Sen (1955). Biasanya koin yang sudah di-grading dalam kondisi bagus.

Saya bersama Jackie dan Michell (atas). Pak Puji/bawah kiri dan Pak Mujirun/bawah kanan (Dokpri)

Ada pelukis uang

Saya juga sempat berbincang dengan pengurus Masyarakat Numismatik Indonesia seperti Pak Michell Suherli, Pak Sugino, dan Pak Indra Christian. Mereka memiliki booth pameran. Saya juga sempat bertemu Pak Puji Harsono. Beliau seorang kolektor senior dari Bandung. Pak Puji biasanya menyelenggarakan lelang uang kuno dua kali setahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline