Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Penyelamatan Kebakaran Museum, Nomor Satu Manusia Kemudian Koleksi

Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebakaran di Museum Nasional pada malam hari (Sumber: Merdeka/Rahmat B. via Liputan6.com)

Bencana kebakaran bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa apa saja. Bisa terjadi pagi hari atau tengah malam, misalnya. Bisa terjadi di pedalaman, di kota, atau di tempat lain. Sesekali terjadi kabakaran hutan atau lahan. Bahkan sering kali kebakaran bangunan atau gedung. Umumnya kebakaran terjadi karena kelalaian manusia dan hubungan arus pendek listrik.

Yang paling mendapat pemberitaan tentu saja kebakaran museum. Soalnya museum menyimpan banyak benda bersejarah, yang amat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Museum yang pernah kena musibah kebakaran antara lain Museum Bahari dan Museum Nasional, keduanya di Jakarta.

Museum Nasional lebih mendapat perhatian karena merupakan museum terbesar dan tertua di Indonesia. Ratusan benda bersejarah berbahan keramik, logam, batu, dan bambu/kayu, terdampak kebakaran. Ada yang rusak kecil, sedang, dan berat. Bahkan ada yang hancur atau tidak bersisa. Sisa-sisa kebakaran Museum Nasional bisa disaksikan di sana karena beberapa ruangan dan benda yang terselamatkan atau teridentifikasi, masih diperlihatkan kepada publik.

Sisa-sisa kebakaran Museum Nasional dalam pameran (Dokpri)

Memang amat disayangkan. Mungkin karena terjadi pada malam hari, saat para pegawai sudah berada di rumah, penyelamatan menjadi kurang maksimal. Seandainya terjadi pada jam kerja, mungkin jumlah koleksi yang menjadi korban, bisa diminimalisasi. Ini mengingat museum memiliki APAR (alat pemadam kebakaran ringan) atau dikenal tabung pemadam kebakaran.

Sebenarnya museum-museum besar mempunyai alat pemadam kebakaran yang disebut sprinkler. Biasanya sprinkler terletak di bagian atas. Bila detektor merasakan panas tertentu, maka alarm akan berbunyi. Bersamaan dengan itu, sprinkler akan mengeluarkan air atau busa untuk memadamkan sumber api.

Jika saja waktu itu Museum Nasional memiliki sprinkler, kemungkinan jumlah koleksi yang menjadi korban bisa lebih sedikit. Entah apakah waktu itu sprinkler tidak berfungsi ataukah memang belum ada.

Bekas ruang yang terbakar menjadi ruang pameran (Dokpri)

Manusia atau koleksi

Mari kita berandai-andai. Bila museum memiliki banyak koleksi yang unik, langka, dan bernilai sejarah tinggi. Lalu tiba-tiba terjadi kebakaran hebat. Sedapat mungkin memang kita sebagai petugas pemadam kebakaran harus menyelamatkan koleksi-koleksi tersebut. Apalagi koleksi itu, sebagai contoh, hanya ada dua buah di dunia. Namun menyelamatkan koleksi tentu harus mempertimbangkan risiko. Nyawa manusia bisa saja melayang demi koleksi. Koleksi selamat, nyawa hilang.

Dalam penyelamatan kebakaran museum, yang dinomorsatukan tetap manusia baru kemudian berpikir koleksi. Biarkan koleksi museum terbakar tapi nyawa selamat. Memang ada kerugian besar. Yang penting narasi dan dokumentasi foto koleksi-koleksi itu tetap ada dan dapat diketahui generasi sekarang dan mendatang.***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline