Beberapa arca batu yang dikembalikan oleh Belanda ke Indonesia ternyata berukuran cukup besar. Tentu saja berat, mungkin ratusan kilogram. Bahkan diperkirakan lebih dari satu ton. Perlu kehati-hatian dalam pengepakan, pengiriman, dan penanganan. Maklum yang namanya benda kuno, apalagi berusia lebih dari 1.000 tahun, harus ditangani super ekstra.
Dari sejumlah arca yang dikembalikan ke Indonesia, yang kini disimpan di Museum Nasional Indonesia (MNI), ada duet arca yang perlu dibahas. Keduanya dikenal sebagai arca Mahakala dan Nandiswara, terbuat dari batu andesit. Ukirannya sangat indah, bayangkan bagaimana orang-orang zaman dulu mengukir arca ini. Hingga akhir Desember 2024 MNI masih menyelenggarakan Pameran Repatriasi.
Yang pertama, arca Mahakala memiliki tinggi 175 cm, lebar 86 cm, dan kedalaman 56 cm. Yang kedua, arca Nandiswara memiliki tinggi 174 cm, lebar 93 cm, dan kedalaman 50 cm. Tentu kita bisa membayangkan bagaimana teknik pengepakan untuk sampai ke Indonesia. Selain itu, bagaimana cara orang-orang pada masa penjajahan membawa kedua arca ke Belanda.
Mahakala
Di Jawa arca Mahakala dan Nandiswara dikenal sebagai arca penjaga pintu candi. Banyak candi Hindu yang beraliran Siwais memiliki kedua arca penjaga ini. Meskipun demikian, ada sejumlah candi Hindu yang tidak dilengkapi Mahakala dan Nandiswara.
Mahakala dan Nandiswara dianggap sebagai pancaran Dewa Siwa. Mahakala dikenal sebagai dewa pembinasa, digambarkan dalam bentuk marah atau menakutkan. Biasanya ia membawa gada dan ular. Dalam bangunan candi, arca Mahakala ditempatkan di relung sebelah kiri pintu masuk candi.
Dalam pengarcaannya, Mahakala dalam sikap berdiri dan memiliki dua tangan. Atribut yang dimiliki Mahakala antara lain kalung pada leher, anting pada telinga, dan mahkota pada kepala. Di belakang kepala Mahakala ada cahaya.
Nandiswara
Nandiswara bertindak sebagai pemimpin rombongan Siwa. Dia mewakili aspek Siwa yang lembut dan positif. Ini berbeda dengan Mahakala yang agresif.
Nandiswara bertugas menjaga pintu masuk candi sebelah kanan. Dia berada dalam posisi berdiri. Dalam ikonografi, ia dicirikan memiliki sirascakra di belakang, bertangan dua, membawa camara, membawa kendi, dan membawa trisula.