Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Tulisan Tommy, Kerani Rendahan Arkeologi, Dibukukan

Diperbarui: 11 Oktober 2024   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan tulisan Bambang Budi Utomo yang dibukukan (Dokpri)

Pada 8 Oktober 2024 diluncurkan buku karya Mundardjito atau populer dipanggil Otti di FIB UI. Mundardjito adalah pensiunan guru besar arkeologi. Dua hari kemudian pada 10 Oktober 2024 diluncurkan buku karya Bambang Budi Utomo, populer dipanggil Tommy, di Galeri Cemara. Tommy adalah pensiunan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Ia meninggal dua tahun lalu, tepatnya pada 6 Oktober 2022.

Tommy kelahiran 1954. Ia pensiun pada 2014 dalam usia 60 tahun. Padahal satu bulan kemudian, usia pensiun dinaikkan menjadi 65 tahun.

Di antara ratusan arkeolog, Tommy termasuk sedikit arkeolog yang bisa menulis untuk media cetak. Sampai kini arkeolog yang bisa menulis secara populer masih amat langka.  Kalau ditelusuri banyak tulisan Tommy di Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, dan Pelita. Saya tahu persis karena saya selalu bersaing dengan Tommy dalam hal menulis di media. Bedanya, tulisan Tommy cenderung bersifat ilmiah populer. Maklum ia arkeolog peneliti. Sedangkan tulisan saya lebih bersifat opini, feature, atau populer 100% karena saya arkeolog freelancer.

Tommy tampak selalu merendahkan diri. Dalam tulisan-tulisannya itu, ia mengembel-embeli "penulis adalah seorang kerani rendahan". Sebenarnya bisa saja ia menulis "penulis adalah peneliti senior di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional".

Buku Tribute to Mas Tommy (Dokpri)

Facebook

Selepas pensiun Tommy sering menulis di Facebook. Tulisannya termasuk panjang, jauh lebih panjang daripada kalau menulis di media cetak. Dalam tulisannya ia hampir selalu menyertakan referensi. Tulisan-tulisan Tommy bersifat mencerdaskan. Tidak heran, tulisan-tulisan Tommy banyak di-share oleh pengguna Facebook bahkan di-save. Para pengguna Facebook yang menjadi teman Tommy, sebagian besar memang arkeolog. Selebihnya adalah guru, mahasiswa, komunitas, dan pemerhati sejarah.

Tidak terasa tulisan-tulisan Tommy di Facebook semakin banyak. Timbul pemikiran dari Nora Ekawani dan Joris Tutupoly, dua arkeolog adik kelas Tommy, untuk mengumpulkan dan membukukan tulisan-tulisan Tommy itu. Butuh waktu untuk mewujudkan hal itu, dari mulai pengumpulan hingga penyuntingan. Bayu Isworo, juga arkeolog adik kelas Tommy, membantu peng-layout-an buku.

Penyerahan buku dari Joris kepada isteri dan putra Mas Tommy (Dokpri)

Akhirnya kumpulan tulisan itu berhasil dibukukan dengan keseluruhan tebal 736 halaman. Buku itu diberi judul Tribute to Mas Tommy, Mengenang Karya dan Dedikasi. Ada empat topik diklasifikasikan oleh tim pengumpul, yakni Sumatra dan Sriwijaya, Bahari & Maritim, Arkeologi, dan Umum. Ada 90 tulisan Tommy dalam buku itu.

Peluncuran buku Tommy dilakukan secara terbatas. Maklum, dananya minim karena diusahakan secara mandiri. Setiap undangan mendapatkan satu eksemplar buku. Selain para arkeolog, peluncuran buku dihadiri oleh keluarga Tommy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline