Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Di Batavia Pernah Ada Tanggul Kayu, Ditemukan Saat Pembangunan Jalur MRT

Diperbarui: 26 September 2024   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kayu untuk tanggul dan cerucuk ditemukan saat pembangunan jalur MRT (Dokpri)

Sejak 1970-an pembangunan fisik di Jakarta sangat pesat. Hutan, kebon, dan rawa, sebagaimana tergambar dari nama-nama Utan Panjang, Utan Kayu, Kebon Pala, Kebon Jeruk, Rawa Badak, Rawa Buaya, dll, telah berubah total. Di atas hutan, kebon, dan rawa kemudian berdiri pemukiman, perkantoran, perumahan, dan sarana fisik lain.

Saat itu pembangunan masih sembarangan karena tanpa didahului penelitian. Akibatnya Jakarta menjadi kota yang minim tinggalan masa lampau. Padahal, Jakarta telah mengalami perjalanan sejarah panjang, dimulai dari masa ribuan tahun lalu yang disebut masa prasejarah hingga masa kolonial. Ironisnya sejumlah tinggalan pemerintah VOC hingga pemerintah Hindia-Belanda, hancur tergerus pembangunan yang tidak terencana dan terkontrol itu.

Ilmu purbakala atau arkeologi umumnya berhubungan dengan tinggalan-tinggalan budaya dari dalam tanah. Dalam ilmu ini dikenal istilah ekskavasi atau penggalian arkeologis.

Temuan keramik sebagai data arkeologi absolut karena memiliki pertanggalan (Dokpri)

MRT

Tercatat ada beberapa kegiatan pembangunan fisik yang melibatkan arkeolog. Pembangunan Waduk Cirata, misalnya, memberikan kesempatan kepada arkeolog untuk melakukan penelitian. Beberapa tahun lalu, pembangunan terowongan kereta api bawah tanah yang populer disebut MRT mulai melibatkan sejumlah arkeolog untuk melakukan penelitian sepanjang rute Hotel Indonesia -- Jakarta Kota.

Dahulu, kawasan Jakarta Kota disebut Batavia. Tentu saja banyak aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya di sana. Ternyata memang benar, di kawasan itu terdapat banyak temuan arkeologi yang tentu saja menjadi data untuk penulisan sejarah Jakarta. Pembaruan data kerap terjadi dan justru memperkaya pemahaman kita akan masa lampau.

Berbagai temuan dari dalam tanah itu saat ini dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta. Pembukaan pameran dilakukan pada 24 September 2024 dan akan berakhir pada 29 September 2024. Pameran diselenggarakan oleh Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) bekerja sama dengan Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kemendikbudristek. Pameran dan diskusi temuan arkeologi di Jalur MRT Jakarta ini bertajuk "Jakarta dari Bawah Tanah", didukung oleh Bentara Budaya Jakarta (BBJ), MRT Jakarta, KITLV, dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

Penelitian arkeologi di jalur MRT (Sumber: poster pameran)

Kawasan Glodok

Pameran ini menampilkan berbagai temuan arkeologis dari penggalian di proyek pembangunan MRT di kawasan Glodok dan Pintu Besar Selatan. Menurut Ketua Pelaksana Berthold Sinaulan, tujuan pameran dan diskusi adalah membuka cakrawala kesejarahan Kota Jakarta dan mendorong kesadaran masyarakat untuk ikut serta menjaga, merawat, serta melestarikan kebudayaan Indonesia.

Dalam pameran diperlihatkan peta Batavia, beserta bangunan-bangunan yang ada pada masa itu. Misalnya terdapat benteng kota yang didirikan pada 1681, Kali Besar (Groote Rivier), dan Kali Ciliwung berikut Kali Krukut. Dulu Kali Ciliwung dan Kali Krukut cukup lebar tapi kemudian mengalami penyempitan. Adanya kanal-kanal juga tergambar dari peta. Kini kanal-kanal itu sudah tertutup dan tidak berfungsi lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline