Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Aksara Pallawa, Penanda Sejarah Nusantara di Kalimantan Timur

Diperbarui: 17 September 2024   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abklats (cetakan prasasti) prasasti Pucangan dari Jawa Timur. Prasasti asli dari batu besar masih berada di Kolkatta, India (Dokpri)

Tahukah Anda aksara apa yang tertua di Nusantara? Lalu tahukah juga aksara-aksara apa yang pernah ada di Nusantara? Aksara berhubungan dengan bahasa, nah bahasa-bahasa apa yang pernah ada di Nusantara?

Soal aksara dan bahasa yang pernah ada di Nusantara ini, bisa disaksikan di Museum Kebangkitan Nasional. Museum ini beralamat Jalan Abdul Rahman Saleh 26, Jakarta Pusat, tidak jauh dari RSPAD Gatot Subroto. Pameran berlangsung mulai 16 September hingga 28 September 2024. Tema yang diambil Aksara Gata: Mengungkap Makna Membaca Tanda. Selain pameran diadakan diskusi dengan berbagai topik, seperti tentang epigrafi, filologi, dan fotogrametri. Cukup membayar karcis masuk museum, kita bisa menyaksikan narasi tentang aksara dan bahasa.

Pameran ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) didukung Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek dan Indonesian Heritage Agency.

Ruang pameran diawali prasasti yupa (Dokpri)

Tertua

Menurut Ketua Kegiatan Dr. Ninie Susanti, pameran menjelaskan empat segmen dalam rangkaian pengkajian prasasti, yaitu perkembangan aksara, antara tradisi dan seni, aksara menguari makna, dan merekam aksara membaca tanda.

Prasasti yupa dalam bentuk tugu adalah penanda awal peradaban Sejarah Nusantara, terpahat dengan aksara Pallawa Tua dan bahasa Sanskerta. Beberapa buah yupa ditemukan pada 1879 di Bukit Beubus, Muara Kaman. Yupa-yupa yang berasal dari abad ke-5 ini berasal dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.

Mengingat saat ini ibu kota negara berada di Kalimantan Timur, bukan tidak mungkin banyak tinggalan arkeologi yang masih terpendam di wilayah sana.  Semoga penelitian arkeologi sering dilakukan. Jangan sampai nasib ibu kota Nusantara seperti Jakarta. Karena pembangunan fisik di Jakarta sangat pesat, banyak situs arkeologi tergerus oleh pembangunan itu, seperti oleh pembangunan jalan raya, pembangunan perumahan, dan pembangunan gedung.

Kembali ke masalah aksara, diketahui aksara Pallawa berakar dari aksara Brahmi berasal dari India, Arab, dan Latin. Dalam perkembangannya aksara Pallawa menjadi aksara Sumatra Kuno, aksara Ulu, aksara Lontara, dan aksara Batak.

Delapan belas tahun berselang setelah ditemukannya prasasti-prasasti beraksara Pallawa Akhir (732 Masehi), ditemukan prasasti-prasasti dengan pahatan aksara Jawa Kuno, yang disebut juga aksara Kawi. Hingga saat ini prasasti tertua beraksara Jawa Kuno adalah prasasti Hampran (Plumpungan) yang ditemukan di Salatiga dengan angka tahun 672 Saka (750 Masehi).

Yang unik, di Bali belum ditemukan adanya prasasti yang menggunakan aksara Pallawa. Aksara Bali dikenal di sana karena memiliki karakteristik yang berbeda. Begitu pun di Sumatra, dikenal aksara Sumatra Kuno yang kemudian menurunkan aksara lokal, yaitu Kaganga (Lampung), Rejang (Bengkulu), dan Batak. Selanjutnya pada abad ke-14 hingga ke-18 berkembang aksara dan bahasa Sunda Kuno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline