Selama bertahun-tahun penelitian arkeologi di Indonesia bagian Tengah jarang dilakukan. Padahal potensi Indonesia bagian Tengah, juga Indonesia bagian Timur, sebenarnya tidak kalah dengan potensi Indonesia bagian Barat.
Mulai 2000-an potensi Indonesia bagian Tengah mulai digarap oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang sejak dua tahun lalu melebur ke dalam BRIN. Sumba menjadi salah satu lokasi penelitian.
Dua situs yang pernah beberapa kali diteliti adalah Melolo dan Lambanapu. Di kedua situs yang terletak di NTT itu pernah ditemukan sejumlah rangka manusia.
Bahkan di Melolo ditemukan tempayan yang berusia sekitar 2.800 tahun. Gerabah Melolo dikenal luas di kalangan arkeolog, terutama yang mendalami prasejarah. Uniknya, di dalam tempayan sering kali ditemukan tulang-belulang manusia. Dulu memang tempayan digunakan sebagai wadah kubur.
Rangka Manusia
Dari berbagai artefak yang ditemukan tim peneliti, situs Lambanapu diperkirakan berasal dari zaman Praneolitik atau Paleometalik. Sejauh ini, dari berbagai bukti yang ditemukan, situs Lambanapu masuk kategori situs kuburan, bukan perkampungan.
Soalnya di situs itu belum ditemukan sisa-sisa tempat tinggal, peralatan dapur, atau senjata tradisional. Di kalangan arkeologi dikenal sebagai situs Nekropolis, yang menurut KBBI daring berarti pekuburan besar dari suatu kota kuno.
Di Lambanapu juga ditemukan berbagai bekal kubur yang menunjukkan adanya hubungan antara leluhur Sumba dengan luar negeri sejak dahulu yakni Austronesia. Temuan itu berupa mangkuk perunggu berisi manik-manik berwarna-warni dan perhiasan.
Begitu yang saya serap dari paparan Dr. Retno Handini tentang "Prasejarah Austronesia dan Budaya Berkelanjutan di Sumba". Paparan itu ia sampaikan pada talkshow yang diselenggarakan pada Rabu, 10 Juli 2024 melalui Zoom dan Youtube. Talkshow itu diselenggarakan atas kerja sama Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS) dengan Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PRALMBB).