Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Nama Nusantara Rancu, Sebagai Ibu Kota Negara ataukah Sinonim Indonesia

Diperbarui: 22 Juni 2024   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku-buku yang menyebut istilah Nusantara, jauh sebelum pencanangan nama Ibu Kota Negara (Dokpri)

Pada 2019 Pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan ibu kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan.  Alasan pemindahan ini didasarkan pada kajian yang telah dilakukan pemerintah. Disimpulkan bahwa kondisi Provinsi DKI Jakarta sudah tidak dapat lagi mengemban peran sebagai Ibu Kota Negara.

Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dipandang telah mencapai titik jenuh. Kepadatan tinggi ini berimplikasi pada penurunan kualitas lingkungan kota dan tentu saja berdampak pada tingkat kenyamanan hidup yang semakin menurun.  Faktor lain yang menjadi rujukan adalah kebutuhan pemerataan pertumbuhan ekonomi antara DKI Jakarta dan Pulau Jawa dengan wilayah lain di Indonesia.

Jakarta tidak hanya menjadi pusat pemerintahan dan layanan publik, namun juga berperan sebagai pusat ekonomi dan bisnis Indonesia. Juga menjadi pusat pendidikan dan lainnya sehingga Jakarta menjadi magnet buat pendatang untuk mencari pekerjaan di sini.

Penajam Paser Utara, sebuah kabupaten di Kalimantan Timur menjadi pilihan lokasi ibu kota baru. Ibu kota baru ini kemudian diberi nama Nusantara. Nah, nama Nusantara ini yang bisa membuat rancu. Bayangkan, nama Nusantara sudah dikenal sejak lama. Nusantara mencakup sebuah kepulauan, dari Sabang hingga Merauke. Nama Kepulauan Nusantara merupakan kesatuan geografis.

Istilah Nusantara

Nusantara adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa (pulau) dan antara (luar).  Di Indonesia, istilah Nusantara secara spesifik merujuk kepada Indonesia, Malaysia Timur, Brunei Darussalam, dan Timor Timur (Kepulauan Indonesia). Kata ini tercatat pertama kali dalam kitab Nagarakertagama untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit, yang kawasannya mencakup sebagian besar Asia Tenggara, terutama pada wilayah kepulauan.

Istilah Nusantara dipakai karena Indonesia terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia. Juga karena dikelilingi dua samudera, yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Istilah Nusantara selalu dihubungkan dengan Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit. Pada 1336 Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa bahwa ia akan mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

Namun konsep mengenai Nusantara sebagai sebuah daerah yang dipersatukan pada awalnya bukan berasal dari Gajah Mada, melainkan oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari sebagaimana  prasasati Mula Malurung (1255).  Pada 1275, sebagaimana wikipedia, istilah Cakrawala Mandala Dwipantara digunakan oleh Kertanegara untuk menggambarkan aspirasi mengenai Kepulauan Asia Tenggara yang bersatu di bawah kekuasaan Singhasari dan ditandai sebagai permulaan atas usahanya dalam mewujudkan aspirasi tersebut. Dwipantara merupakan sebuah kata dalam bahasa Sansekerta yang berarti "pulau-pulau yang berada di tengah-tengah". Perlu diketahui nama dwipa maupun nusa sama-sama berarti "pulau".

Buku-buku yang menyebut istilah Nusantara, jauh sebelum pencanangan nama Ibu Kota Negara (Dokpri)

Ki Hajar Dewantara

Setelah lama tidak terdengar, pada 1900-an istilah Nusantara dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk negara merdeka selain Hindia-Belanda. Sekitar masa itu Eduard Douwes Dekker memperkenalkan nama Insulinde (berarti Kepulauan Hindia).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline