Kalau saja benar, tentu saya akan menjadi kaya raya. Bayangkan, saya punya ratusan koin dan uang kertas yang katanya berharga jutaan, bisa ditukar dengan motor, dan lain-lain berita sensasional.
Perlu diketahui, sejak lama banyak media daring menampilkan berita-berita seperti itu. Tentu saja info-info tersebut ditulis oleh 'wartawan' yang hanya mengejar popularitas dirinya dan media tempatnya bekerja.
Ironisnya, banyak warga percaya kepada tulisan-tulisan tersebut. Karena 'mahal' tentu saja mereka berharap akan mendapatkan rezeki nomplok.
Bukan hanya berita. Info-info fantastis juga terdapat pada youtube, tiktok, dan media lain. Seperti halnya tulisan pada media daring, tayangan ini pun mendapat tanggapan positif dari masyarakat awam yang tidak mengerti numismatik atau uang kuno. Mimpi dan menyesatkan, mungkin bisa dibilang begitu.
Ilustrasi harga koin yang dikatakan mahal, padahal cukup terjangkau (Sumber: tangkapan layar tokopedia)
Tergiur
Lihat saja di marketplace. Kalau kita ketik di mesin pencarian "koin 1000 sawit", maka akan muncul berbagai jenis harga, dari ribuan rupiah sekeping hingga ratusan ribu rupiah bahkan jutaan rupiah sekeping. Sudah lama memang berita tentang koin 1000 sawit 'berharga mahal'.
Masyarakat pun tergiur menawarkan barang sejenis lewat marketplace atau media sosial. Sudah saatnya nih Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menertibkan media-media yang memuat berita-berita hoax atau menyesatkan. Harusnya kan berita itu mencerdaskan.
Seorang kawan pedagang uang kuno, misalnya, baru-baru ini dihubungi seorang warga. Ia mau menjual beberapa uang kuno dengan harga 2 Milyar.
Saya sendiri melihat postingan tersebut. Ternyata berupa koin dan uang kertas yang masih tergolong baru, artinya dari masa 1970-an. Tentu saja koleksi-koleksi seperti itu masih belum tergolong langka. Kondisi koleksi pun sudah kotor dan sobek. Terus terang, koleksi seperti itu tidak bakalan laku. Soalnya, koleksi yang masih mulus masih banyak di pasaran.
Sebagian koleksi uang kertas dan koin milik pribadi (Sumber: Dokpri)